Kumpulan Artikel Menarik , Tips Bermanfaat Serta Bacaan Yang Menghibur

ENTRI POPULER

Home » » Sebuah Ramalan Itu

Sebuah Ramalan Itu

Share on :

Ku lihat ular itu terus mengejarku, aku kembali bangkit dan berlari lagi setelah tadi jatuh karena saking paniknya aku melihat ular itu. aku terus berlari, tanpa menghiraukan rasa sakit yang kurasakan di telapak kakiku, mungkin menginjak batu yang tajam, mungkin tertusuk duri, namun rasa takut akan bahaya ular itu lebih merajaiku dan mendominasi rasa lain dihatiku. Yang kupikirkan adalah bagaimana aku bisa selamat dari ancaman ular itu. Tiba tiba aku tercekat, nafasku terasa sesak, denyut jantungku seolah berhenti. kurasakan rasa putus asa menyergapku, ku lihat didepanku jurang yang menganga lebar, dalam dan curam. ku lihat ular itu kian mendekatiku, aku jatuh terduduk, namun ku paksa terus berjalan meski dengan menyeret tubuhku, akhirnya ku lihat jalan yang benar benar buntu. ada dua pilihan antara terjun ke dasar jurang itu atau menunggu ular itu memangsaku dengan resiko yang sama. sama-sama kehilangan nyawa satu-satunya yang tak ada duplikatnya. aku merasa semakin putus asa, kuhentikan menyeret tubuhku, karena tinggal beberapa senti lagi aku akan terjun bebas ke dalam jurang itu jika aku terus memaksa menyeret tubuhku. kini aku hanya bisa pasrah dan menunggu keajaiban tuhan menghampiriku.
Nafasku memburu karena rasa takut yang luar biasa, ku lihat ular itu memperlambat jalannya, matanya tajam menatapku, lidahnya menjulur seakan siap menelanku bulat bulat, kini nasibku ku pasrahkan kepada yang maha hidup. aku tak kuasa melawan takdirnya jika memang aku ditakdirkan untuk di telan ular itu mentah mentah.
Ular itu kian mendekatiku, aku bergidig ngeri, ular itu hampir mencapai kakiku, ku lihat di atas kepalanya terdapat sebuah huruf, huruf “F”, aku tak sempat berpikir apakah itu kebetulan atau memang sengaja di tulis oleh sang pencipta, karena ular itu kini telah mulai melilit kakiku, aku gemetar hebat, lalu ku lihat ular itu menegakkan setengah tubuhnya sambil terus menjulur julurkan lidahnya. sebelum aku sempat berpikir lebih jauh, ular itu telah menyerangku dengan cepat seolah tak terlihat.
WAAA… TIDAAAK…!
DOK… DOK… DOK…!
Kudengar suara pintu kamarku di gedor gedor dari luar, siapa pula orang kurang ajar yang mengganggu tidurku, kurang ajar sekali. dengan malas ku buka pintu kamarku, ku lihat dua orang di depan kamarku berdiri dengan pasang muka sewot tak terkira.
“Ada apa sih? malam malam gedor gedor pintu kamar orang? nggak sopan tau…” semprotku dengan muka yang tak kalah sewot.
“yeee… seharusnya siapa yang marah? malam malam teriak teriak gak karuan, ganggu orang tidur tau!” jawab Haifa dengan bersungut sungut.
“iya nih, dah tau malem malah teriak teriak nggak karuan, kalo pengen teriak teriak sono dikuburan…!” sambung haida yang merupakan kembaran haifa tak kalah sengitnya.
“orang lagi mimpi buruk kok, emang sengaja teriaknya? Lagian gak keras kok..” jawabku membela diri.
“gak keras dari madagaskar, orang sedesa juga bisa terbangun semua tau, gimana kalo abi ma ummi terbangun gara gara teriakan yang nggak sopan itu…? Dasar…” jawab haida, dia memang berbeda dengan Haifa kembarannya, mereka bagaikan dua kutub yang berbeda, kalau Haifa terkesan pendiam, maka haida mempunyai peternakan omelan dimulutnya, namun di balik kegalakannya tersimpan perasaannya yang halus dan indah seperti mutiara.
“emang kak izam mimpi apa sih, sampai segitunya teriak teriak nggak karuan..?” Tanya Haifa.
“mau tau aja atau mau tau banget?” jawabku menggoda.
“aaaah… bodo ah, di tanya serius malah becanda…” jawab haida.
“iya iya, gitu aja marah. Kak izam mimpi di gigit ular tau? gede banget lagi.. hiyyy…”
“alaaah… ngaku aja mimpi di gigit kebo, dasar..” jawab haida, rupanya haida masih marah.
“nggak kok, beneran deh sueer… di samber geledeg deh..” jawabku membela diri.
“nggak percaya… gitu aja takut, dasar penakut…”
“yeee nggak percaya, coba kalo haida yang mimpi kaya gitu, pasti juga teriak teriak…” jawabku
“nggak lah, emangnya kak izam?” jawab haida sambil melangkah pergi meninggalkan aku dan kembarannya.
“awas ya… ntar pasti haida bakal di mimpiin di peluk genderuwo, gede, item, lima lagi… hiiiii…” godaku, haida hanya menoleh dan menjulurkan lidahnya…
“emang bener kak izam mimpi di gigit ular?” Tanya Haifa yang sedari tadi diam.
“yupz, bener banget, napa emangnya?” tanyaku.
“kalo menurut buku ramalan mimpi itu berarti kak izam akan segera dapat jodoh..”
“boong banget… analisis buta, ngaco tau…” Jawabku.
“bener… kalo nggak percaya ya udah”
“hemmm udah jadi dukun nih…? Kalo dikepalanya ada tulisan “F”, apa dong artinya?” tanyaku setelah ingat di kepala ular itu ada tulisan “F”.
“mudah aja, berarti jodoh kak izam berinisial “F”…”
“tambah ngawur nih… masih SMA udah sok jadi peramal, ntar syirik lhoooo…” godaku
“husssttt… jangan keras keras ntar kedengaran abi ma ummi kan gak enak, ganggu orang tidur” jawab Haifa sambil bebisik dengan meletakkan telunjuknya di bibir.
“kak izam nggak percaya”. jawabku sambil berbisik juga. Tiba tiba…
“makan tuh bisik bisik biar kenyang…”. entah sejak kapan tiba tiba haida sudah berdiri dekat kami.
“hahahaha… haida takut ya di kamar sendirian?”. godaku.
“Husssst… Jangan berisik”. bisik Haifa.
“lagian kak izam nakut nakutin sih…”. bela haida.
“salah siapa orang kena musibah di ketawain…”. jawabku dengan senyum kemenangan.
“makanya kak izam wudlu dulu sebelum tidur, dan jangan lupa doa..” nasehat Haifa.
“iya iya… tadi kak izam lupa kok…”
“alaaah… alasan mulu…” jawab haida.
“nah sekarang terserah kak izam percaya nggak omongan ifa?..”
“apaan sih…?” Tanya haida.
“mo tauuu aja…” jawab ku dan Haifa berbarengan.
“ya udah kalian cepet bobok lagi sana, besok ngantuk lagi lho kalo kurang tidur..” suruhku.
“ya deh iya… met malem ya kak izam…” sahut mereka berbarengan. lucu sekali punya adik kembar tapi sifatnya berlainan. yang satu pendiam, yang satunya lagi… hmmmm…
Bener bener adik yang ngegemesin…
Pagi hari mentari bersinar cerah seraya memancarkan cahaya kuning keemasan, angin berhembus sepoi mengayunkan dedaunan dan rerumputan, seolah memuji kemaha esaan sang pencipta. seperti biasa aku menjalani aktifitas kuliahku dengan riang. hari ini acaranya apa ya? Saat aku sedang mengingat acara yang kususun tadi malam, tiba tiba…
“hai zam, sendirian aja nih?” sapa sebuah suara. aku menoleh untuk melihat si pemilik suara yang telah akrab ditelingaku ini. ku lihat sesosok gadis berjilbab warna biru menghampiriku, dia begitu anggun dengan balutan busana yang sedap di pandang mata. dia adalah fatya, gadis yang menjadi idola dikelasku. yang juga merupakan teman sejak masa masa mengenakan merah putih sampai zaman memakai putih abu abu. Dia juga yang merupakan gadis yang kuidam-idamkan menjadi kekasih yang halal untukku. namun harapan tinggal harapan, akupun sadar diri.
“hey… kok bengong sih?”
“oh ya, nih lagi mau ke kelas”. Jawabku sekenanya.
“hmm… gak nyambung, di tanya apa jawabnya apa…” kata fatya sambil tersenyum. tuhaaan… manis sekali.
“oh ya, sorry, lagi banyak tugas nih, skripsi nggak kelar kelar…”. jawabku sekenanya lagi.
“ooo.. jadi kamu belum kelar juga skripsinya? padahal aku juga mau minta bantuan kamu, aku juga masih mengalami beberapa kesulitan nih… bantuin dong zaaam..”. kata fatya.
“owh, gampang, bisa di atur..”. jawabku sok optimis.
“Nah gitu dong, kamu emang temanku yang is the best deh zam dari dulu, sorry ya sering ngrepotin kamu…”
“tenang, biasa ja kali.. kaya ma siapa aja, hehe…” jawabku sambil tersenyum. dan fatyapun membalas dengan senyum yang indah. tuhan… aku cinta dia…
tiba tiba…
Deg!
Mimpi semalam tiba tiba tergelar dalam slide dikepalaku, tergambar jelas dalam episode episode yang menggetarkan hatiku, benarkah yang dikatakan Haifa, benarkah? tiba tiba aku di sergap rasa yang terasa halus namun sangat menguasai jiwaku. perasaan itu lalu membuncah, meluap tak terkira. perlahan tapi pasti ramalan Haifa mengontaminasi pikiranku. kini logika seolah tak berlaku, aku di landa euphoria yang entah mulai kapan aku rasakan. bukankah di kepala ular itu terdapat huruf “F”
“zam… bengong mulu nih…” fatya mengagetkanku.
“oh ya maaf, jadi pengen cepat sidang n lulus nih”. kilahku.
“yah itu mah harapan standar semua mahasiswa zam…” jawab fatya sambil tersenyum.
“iya juga ya.. hehehehe…” jawabku sambil tersenyum, aku merasa senyum itu lebih mirip dengan nyengir kuda. tapi itulah yang dinamakan fenomena logika waras tak berlaku, karena ramalan Haifa tiba tiba terlalu parah kurasakan. aku merasa percaya dengan ramalannya itu.
“o ya zam, aku ingin cerita nih, tentang perasaanku selama ini, aku dihantui perasaan ini, kamu mau kan dengerin ceritaku, pliiis… bantuin aku nyelesaiin masalahku ya zam?”. Tanya fatya dengan sorot mata yang sulit kuartikan, ada apa?
“ya udah ntar kita ketemu lagi ya setelah jam kuliah ini, ku tunggu di taman.. key..?”. kata fatya.
“key” jawabku.
Mata kuliah sastra Indonesia yang merupakan matkul favoritku terpaksa kulalui dengan perasaan tak menentu, entah mengapa tiba tiba bayangan fatya merasuki jiwaku, entah sejak kapan aku terjebak dalam perasaan yang membuatku serba tak nyaman. benar benar mimpi itu kini menjadi virus mematikan yang menyerangku. di tambah lagi dengan analisis buta Haifa yang kini kurasa ada benarnya. ah… mengapa aku bisa percaya? sanggah hatiku, tapi bagaimana kalau benar? di kepala ular itu terdapat huruf “F”. dan menurut Haifa jodohku berinisial “F”. benarkah? sepertinya benar. tapi benarkah fatya adalah jodohku. intinya kini aku mulai percaya dengan ramalan Haifa, biarpun itu terasa bodoh menurutku. fatya… fatya… (urusan terasa makin runyam)

Kulihat fatya menghampiriku dengan tersenyum indah untukku… ya.. untukku. dia segera duduk dihadapanku. matanya memandangku dengan tatapan yang sulit ku artikan. namun diam-diam hatiku membangun rasa optimis yang membabi buta. sungguh diluar nalarku.
“zam…”
“ya… kenapa fatya…”
“aku tahu kau adalah sahabatku sejak kita masih anak anak, dan kau adalah sahabat terbaikku yang pernah ku punya. jadi aku minta pendapatmu tentang perasaanku. bagaimana jika aku mencintai sahabatku sendiri?”. Tanya fatya seraya memandangku dengan tatapan sayu. aku merasa ramalan itu kini mencekikku.
“menurutku sah sah saja kau mencintai siapapun itu, baik itu sahabatmu atau bukan, karena cinta itu universal, cinta itu untuk kita semua, tak peduli itu sahabat dekat maupun bukan”. jawabku diplomatis.
“thanks atas pendapatmu zam, kini beban perasaanku berkurang, kamu memang sahabat yang paling baik yang pernah kukenal zam”. rasa itu seperti menerbangkanku ke langit tuju, aku merasa sahabat dekat yang dicintai fatya adalah aku, dan mimpi itu kini menjadi nyata.
“Siapakah sahabatmu yang kau cintai itu fatya?” kuberanikan diriku bertanya. sungguh gila aku di buatnya.
“diaaa… dia adalah…” jawab fatya ragu, aku semakin penasaran.
“heyy… zam, dicariin malah ngumpet disini, berduaan lagi”. sapa seseorang yang merupakan sahabat dekatku juga. dia adalah ezad, ahmad Muhammad fahrezad. sahabat dalam suka dan dukaku. ku lihat dia datang menghampiri aku dan fatya.
“dia adalah ezad zam…”. Kudengar suara yang amat kukenal. tak salah lagi.
Kurasakan gedung sekolahku melayang, sesaat, lalu jatuh berserakan menimpa kepalaku, aku pusing, tiba tiba bayangan mimpi itu berubah menjadi cerita elegi yang terasa akan sangat sulit diobati. sungguh aku tak menyangka sahabat yang dicintai fatya adalah sahabat dekatku juga. namun apa hendak dikata, aku terlanjur bermain dengan api cinta ini, dan kini aku merasa terbakar tak menyala. namun aku menghormati perasaan fatya maupun ezad, aku tak mau menjadi duri demi sahabat sahabat terbaikku. akupun mencoba mengihlaskan semuanya. memang tak seharusnya aku percaya dengan ramalan konyol Haifa. ampuni aku ya alloh… hamba telah percaya dengan selainmu. ampuni hamba ya robbi…



Cerpen Karangan: M. Munif fannani

Ditulis Oleh : Unknown

Artikel Sebuah Ramalan Itu ini ditulis oleh Unknown pada hari Senin, 03 Juni 2013 . Terimakasih atas kunjungan Anda pada blog ini. Kritik dan saran tentang Sebuah Ramalan Itu dapat Anda sampaikan melalui kotak komentar dibawah ini.

::! ::

4 komentar :

 
Flag Counter
Add URL Pro - Search Engine Submission and Optimization Services

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.