ENTRI POPULER
-
Puting susu adalah bagian paling sensitif pada payudara perempuan yang tidak boleh disentuh oleh laki-laki manapun kecuali suami sen...
-
Anda telah menjalin hubungan dengan seorang pria yang spesial. Namun Anda masih ragu apakah dirinya ingin menjalani hubungan yang lebi...
-
POLISI Polisi : Gimana kejadiannya, kamu menabrak 50 orang dalam suatu kecelakaan mobil!? Jony : waktu ngendarain mobil, ke...
-
Tanda-Tanda Seorang Cowok Suka Sama Cewek (Naksir) Bagi taman teman cewek mungkin masih bingung membedakan cowok yang suka atau naksir ...
-
Dua manusia yang merasa saling berjodoh pasti memiliki ikatan emosional, spiritual dan fisik antara keduanya. Hanya dengan menatap ma...
-
Jancok, jancuk atau dancok adalah sebuah kata khas Surabaya yang telah banyak tersebar hingga meluas ke daerah kulonan (Jawa Timur seb...
-
Artikel ini memberikan informasi untuk dapat memasuki pikiran cewek itu dan lebih dekat dengannya. Ingat dasar keberanian adalah modal ya...
-
Pernikahan merupakan suatu jalan untuk memulai suatu babak babak baru dalam kehidupan seseorang. Bagi seorang wanita, menikah merupakan tem...
-
Tanaman binahong banyak dijumpai disekitar kita dan bisa dijadikan sebagai tanaman obat yang mempunyai khasiat untuk menyembuhkan berbagai...
-
Arti Mimpi Seks Makna Mimpi Seksual Anda - Mimpi tidak hanya sekedar buah tidur. Mimpi bisa menjadi petunjuk yang menandakan kondisi s...
Home
»
Cerpen
,
Cinta
»
Menjadi Yang Kuinginkan
“Siapa aku?” aku berucap tanpa mengeluarkan suara. Hanya gerak di bibir.
Yang kutahu aku adalah seorang perempuan. Kuliah di universitas dan jurusan yang kuinginkan. Memiliki nilai di tiap semester seperti yang kuinginkan; ya, selalu IPK di atas 3,00 karena aku ingin pintar, lulus dengan nilai yang memuaskan, lantas berkarier menjadi apa yang kuinginkan. Aku memiliki banyak teman, baik perempuan dan lelaki di kampus, di rumah, di sekolahku dulu, dan di beberapa komunitas di mana aku aktif di dalamnya. Dan aku menyukai berdandan. Aku merawat rambutku yang bergelombang panjang, merawat kulitku dengan beragam perlengkapan, memulas wajahku yang tampak ceria dengan warna, dan memakai baju yang aku padankan dengan segala gaya yang aku suka. Menabur parfum vanila yang kugunakan sejak aku kelas 1 SMA.
Tetapi itu dulu. Kini yang kusadari di dalam kursi belakang taksi yang hanya ada aku dan seorang supir taksi yang diam itu, aku tidak lagi mengenal siapa diriku. Tidak ada bau yang mengingatkanku akan keberadaan diriku sendiri.
Lelaki itu kuakui sungguh tampan. Umurnya beberapa tahun lebih tua dariku. Seorang teman mengenalkannya padaku. Pandangan pertama, aku tertegun melihat sosok tegapnya dengan wajah rupawan. Aku mendekatinya. Ia tertarik padaku. Hingga beberapa kali berkencan, kami menjadi sepasang kekasih.
Sekarang sudah hampir satu tahun kami berpacaran. Ia masih tetap lelaki berbadan kokoh yang tampan. Sedangkan aku, aku tidak pernah sama lagi. Aku mulai sering tidak masuk kelas untuk mata kuliah tertentu. Bahkan aku mendapat nilai E untuk lebih dari dua mata kuliah. IPK-ku turun drastis di bawah tiga. Itu semua kulakukan atas apa yang dikatakan lelaki tampanku sebagai cinta. Ia selalu saja mengajak bertemu di jam-jam aku seharusnya kuliah, siang hari di sela-sela ia istirahat di kantornya. Namun, ketika aku menolak, ia selalu marah dan mengancam untuk memutuskan hubungan. Aku menurutinya dengan resiko yang kudapat saat ini, yaitu kehilangan keinginanku di tempat yang kuinginkan.
Kemudian ia bertindak lebih dari yang kuduga. Saat kami bersama, ia mulai curiga dengan semua teman lelaki yang kumiliki. Matanya memicing tajam, dan bertanya kasar, “Barusan siapa, Sayang?” Setelah aku menyudahi telepon dari temanku. Aku menjawab nama teman yang menelponku secara lantang tanpa ada prasangka. Tersebutlah sejumlah nama lelaki ketika memang teman-teman lelakiku yang menelpon. Ia marah-marah di depanku seolah aku perempuan yang berselingkuh di hadapannya. Sejak itu, aku menerima kehilanganku yang kedua: teman-temanku. Rasanya bagai tidak memiliki apa pun di dunia ini, kecuali hanya ia, lelakiku yang diharapkannya memang hanya ia seorang yang kumiliki.
Ia menyuruhku meluruskan rambut panjangku. Katanya lagi, “Kenapa dandanan kamu se-menor itu? Kamu ingin bertemu aku atau bertemu laki-laki lain?” teriaknya sewaktu kami bertemu dengan aku yang berdandan seperti biasanya. Tentu aku menjawab tidak dan menjelaskan padanya bahwa aku senang berdandan jika bertemu orang lain, terutama bertemu pacarku sendiri. Ia tambah marah-marah dan mengelap paksa mukaku dengan tisu basah. Melarangku mengenakan make-up karena takut setiap lelaki yang berpapasan denganku akan melirik lalu mengajakku menjadi pacarnya. Sungguh aku tidak mengerti. Yang kumengerti, aku kehilangan diriku yang selalu senang ketika aku berdandan.
Di taksi ini, aku dalam perjalanan menemui dirinya di sebuah kafe di dekat kantornya. Rambutku lurus, wajahku tampak pucat karena tanpa make-up apa pun, pakaianku seadanya, dan merasa benar-benar kesepian. Aku rindu mengobrol dengan Anton di komunitas komik. Aku rindu bercanda dengan Miki di warung makan biasa aku dan teman-teman SMA-ku bertemu setiap akhir pekan dua minggu sekali. Aku rindu berada di tengah-tengah obrolan di kampusku dengan teman-teman lelaki maupun perempuan. Bahkan mungkin aku tidak lagi akrab dengan teman-teman perempuanku.
“Mau masuk ke dalam tempat parkir atau menepi di pinggir jalan saja, Mba?” supir taksi itu bertanya. Ternyata sebentar lagi aku akan sampai di tujuan.
“Masuk, Pak, kita menepi di lobi!”
Aku tahu ia pasti sudah menunggu di lobi. Menunggu untuk melihatku benar-benar sendiri menemuinya. Lantas, ia yang akan membayar taksinya. Meski aku memiliki cukup uang, ia selalu marah-marah kalau aku harus mengeluarkan uang di depan matanya. Sungguh aku tidak mengerti mengapa aku harus menggantungkan diriku padanya.
Taksi berbelok memasuki gedung. Menepi di lobi. Aku melihat ia berdiri sendirian di tangga lobi. Dari balik kaca taksi, kulihat mimik mukanya yang kesal seolah lama menunggu. Kulirik jam pada taksi sekaligus melihat argonya, lalu kutahu betul aku tidak telat sama sekali.
Supir taksi turun membukakan pintu untukku meski aku biasa membuka pintu untuk diriku sendiri. Ia menatap supir taksi itu dengan curiga. Membayarnya dengan dua lembar uang pecahan dua puluh ribu setelah bertanya pada supir biaya taksiku yang hanya tiga puluh ribu.
“Simpan saja kembaliannya!” katanya ketus pada si supir taksi.
Kami memasuki sebuah kafe di gedung itu. Ia memesan dua cangkir kopi untuknya dan untukku. Padahal aku tidak menyukai kopi. Tapi di depannya, ia memaksaku menikmati apa yang dinikmatinya. Katanya agar aku lebih bisa mengerti ia. Ia berbicara panjang lebar. Berkeluh kesah soal hari-harinya tanpa aku di kantor. Aku diam saja. Sebab tanggapanku, kutahu akan semakin membuatnya kesal. Ia hanya mau didengar.
Hari ini tepat satu tahun kami berpacaran. Ia mengajakku berkencan biarpun baru kemarin kami bertemu sambil makan nasi goreng di warung langganannya yang tidak kusuka dan berbelanja kemeja di toko favoritnya yang bernuansa kaku.
Sejenak aku bercermin di kamarku setelah mandi dan memakai baju.
Diriku di cermin itu begitu pucat. Begitu menyedihkan. Sepasang mata di cermin itu menatapku. Aku tertunduk. Sepasang mata itu masih menatapku tajam. Mengingatkanku pada diriku yang dulu.
“Apa yang kauinginkan?” Aku mendengar suara bisik itu ketika bercermin. Kutahu ini saatnya ada diriku yang lain yang berbicara.
Spontan aku menjawab: “Banyak hal yang kuinginkan, yang ingin kuraih, yang ingin kupertahankan. Aku ingin bahagia dengan menjadi apa yang kuinginkan.” Aku menteskan air mata. Aku teringat diriku yang rajin kuliah. Mendapat nilai A untuk hampir seluruh mata kuliah. Selalu menjadi mahasiswa dengan persentasi makalah terbaik. Menginginkan menjadi perempuan yang menggapai karier tertinggi dengan pendidikan yang kudapat. Menginginkan kembali memiliki banyak teman yang membuatku merasa senang.
Tiba-tiba saja aku terlonjak. Aku melepaskan baju yang kukenakan. Membuka lemari dan mencari-cari pakaian berwarna-warni yang dulu sering kupakai. Aku membuka laci di bawah cermin riasku. Melihat begitu banyak tumpukan make-up yang menunggu. Dan aku merubah wajahku berwarna pelangi. Lembut dan betul-betul tampak indah.
“Rick, mobil Kakak bawa!” Aku berkata pada adikku yang sedang menonton televisi. Tanpa menunggu adikku berucap, aku segera mengambil kunci mobilku di meja, yang lama tidak aku sentuh karena pacarku melarangku membawa mobilku sendiri.
Aku sampai duluan sebelum pacarku sampai di kafe biasa kami janji bertemu. Aku memesan teh hangat dan sepotong kue stroberi dengan krim yang menggiurkan, yang dibencinya karena bisa membuatku gemuk. Setelah menghabiskan kue itu, aku mengambil buku yang kubawa dari rumah di tasku, dan mulai membaca sambil menunggunya datang. Aku tidak menyalakan handphone untuk sejenak.
Di ujung pintu, aku melihatnya melangkah terburu-buru kemari dengan wajah cemberut dan kesal. Kuhapal betul tabiatnya setiap bertemu aku. Ada saja hal yang dikeluhkan dan perlu dikomentarinya dengan muka begitu.
“Sedang apa kamu di sini? Aku menelponmu dari tadi. Menunggumu di depan lobi sampai setengah jam lebih.” Nada bicaranya membuat beberapa orang menengok ke arah kami. “Apa-apaan ini? Tampilanmu seperti ingin mencari lelaki saja!” Ia masih mengomel sambil berdiri.
Aku beranjak dari dudukku untuk mensejajarkan tinggiku dengannya yang menolak duduk sebelum selesai memarahiku.
Aku mulai angkat bicara, “Sayang, apa kau tahu siapa aku?”
“Kau adalah pacarku.”
“Aku adalah perempuan dengan nilai tertinggi di kelasku. Aku adalah seorang dengan banyak teman. Aku menyukai berdandan. Dan aku tidak suka memiliki rambut seperti yang kauinginkan.” Aku menarik ikat rambutku. Menyembullah rambut panjangku yang bergelombang indah seperti aslinya.
“Aku menyukai menjadi diriku karena dengan begitu aku tahu siapa aku.”
“Apa-apaan kau ini? Bicaramu ngelantur!” Semakin banyak mata orang memandang kami.
Aku sama sekali tidak merasa malu. Entah dari mana keberanian ini muncul. “Dan kau harus tahu bahwa aku ingin menjadi siapa diriku yang sebenarnya. Aku bukan manekin yang bisa kaulekatkan beragam benda yang kauinginkan sekedar untuk memuaskan hasratmu.”
Ia meracau tak karuan. Aku tidak peduli.
Kuambil bukuku. Kukeluarkan uang untuk membayar teh dan sepotong kue stroberi yang kupesan. Kutaruh uang itu di meja.
“Kita sudah berakhir. Carilah boneka sebagai temanmu. Sekedar untuk kaudandani dan mendengar keluh kesahmu tanpa berkata apa-apa.” Aku melangkah pergi menjauhinya keluar kafe.
Ia meneriaki namaku. Semakin jauh suaranya. Semakin aku tersadar bahwa ia bukanlah seseorang yang kuinginkan.
Aku berjalan keluar. Tak kupedulikan dirinya lagi. Untuk pertama kalinya aku merasa menjadi diriku yang sesungguhnya: seorang perempuan dengan banyak keinginan yang menunggu untuk diraih. Aku tetap merasa tenang karena kucium wangi vanila pada diriku.
Cerpen Karangan: Nurdiyansah
Menjadi Yang Kuinginkan
“Siapa aku?” aku berucap tanpa mengeluarkan suara. Hanya gerak di bibir.
Yang kutahu aku adalah seorang perempuan. Kuliah di universitas dan jurusan yang kuinginkan. Memiliki nilai di tiap semester seperti yang kuinginkan; ya, selalu IPK di atas 3,00 karena aku ingin pintar, lulus dengan nilai yang memuaskan, lantas berkarier menjadi apa yang kuinginkan. Aku memiliki banyak teman, baik perempuan dan lelaki di kampus, di rumah, di sekolahku dulu, dan di beberapa komunitas di mana aku aktif di dalamnya. Dan aku menyukai berdandan. Aku merawat rambutku yang bergelombang panjang, merawat kulitku dengan beragam perlengkapan, memulas wajahku yang tampak ceria dengan warna, dan memakai baju yang aku padankan dengan segala gaya yang aku suka. Menabur parfum vanila yang kugunakan sejak aku kelas 1 SMA.
Tetapi itu dulu. Kini yang kusadari di dalam kursi belakang taksi yang hanya ada aku dan seorang supir taksi yang diam itu, aku tidak lagi mengenal siapa diriku. Tidak ada bau yang mengingatkanku akan keberadaan diriku sendiri.
Lelaki itu kuakui sungguh tampan. Umurnya beberapa tahun lebih tua dariku. Seorang teman mengenalkannya padaku. Pandangan pertama, aku tertegun melihat sosok tegapnya dengan wajah rupawan. Aku mendekatinya. Ia tertarik padaku. Hingga beberapa kali berkencan, kami menjadi sepasang kekasih.
Sekarang sudah hampir satu tahun kami berpacaran. Ia masih tetap lelaki berbadan kokoh yang tampan. Sedangkan aku, aku tidak pernah sama lagi. Aku mulai sering tidak masuk kelas untuk mata kuliah tertentu. Bahkan aku mendapat nilai E untuk lebih dari dua mata kuliah. IPK-ku turun drastis di bawah tiga. Itu semua kulakukan atas apa yang dikatakan lelaki tampanku sebagai cinta. Ia selalu saja mengajak bertemu di jam-jam aku seharusnya kuliah, siang hari di sela-sela ia istirahat di kantornya. Namun, ketika aku menolak, ia selalu marah dan mengancam untuk memutuskan hubungan. Aku menurutinya dengan resiko yang kudapat saat ini, yaitu kehilangan keinginanku di tempat yang kuinginkan.
Kemudian ia bertindak lebih dari yang kuduga. Saat kami bersama, ia mulai curiga dengan semua teman lelaki yang kumiliki. Matanya memicing tajam, dan bertanya kasar, “Barusan siapa, Sayang?” Setelah aku menyudahi telepon dari temanku. Aku menjawab nama teman yang menelponku secara lantang tanpa ada prasangka. Tersebutlah sejumlah nama lelaki ketika memang teman-teman lelakiku yang menelpon. Ia marah-marah di depanku seolah aku perempuan yang berselingkuh di hadapannya. Sejak itu, aku menerima kehilanganku yang kedua: teman-temanku. Rasanya bagai tidak memiliki apa pun di dunia ini, kecuali hanya ia, lelakiku yang diharapkannya memang hanya ia seorang yang kumiliki.
Ia menyuruhku meluruskan rambut panjangku. Katanya lagi, “Kenapa dandanan kamu se-menor itu? Kamu ingin bertemu aku atau bertemu laki-laki lain?” teriaknya sewaktu kami bertemu dengan aku yang berdandan seperti biasanya. Tentu aku menjawab tidak dan menjelaskan padanya bahwa aku senang berdandan jika bertemu orang lain, terutama bertemu pacarku sendiri. Ia tambah marah-marah dan mengelap paksa mukaku dengan tisu basah. Melarangku mengenakan make-up karena takut setiap lelaki yang berpapasan denganku akan melirik lalu mengajakku menjadi pacarnya. Sungguh aku tidak mengerti. Yang kumengerti, aku kehilangan diriku yang selalu senang ketika aku berdandan.
Di taksi ini, aku dalam perjalanan menemui dirinya di sebuah kafe di dekat kantornya. Rambutku lurus, wajahku tampak pucat karena tanpa make-up apa pun, pakaianku seadanya, dan merasa benar-benar kesepian. Aku rindu mengobrol dengan Anton di komunitas komik. Aku rindu bercanda dengan Miki di warung makan biasa aku dan teman-teman SMA-ku bertemu setiap akhir pekan dua minggu sekali. Aku rindu berada di tengah-tengah obrolan di kampusku dengan teman-teman lelaki maupun perempuan. Bahkan mungkin aku tidak lagi akrab dengan teman-teman perempuanku.
“Mau masuk ke dalam tempat parkir atau menepi di pinggir jalan saja, Mba?” supir taksi itu bertanya. Ternyata sebentar lagi aku akan sampai di tujuan.
“Masuk, Pak, kita menepi di lobi!”
Aku tahu ia pasti sudah menunggu di lobi. Menunggu untuk melihatku benar-benar sendiri menemuinya. Lantas, ia yang akan membayar taksinya. Meski aku memiliki cukup uang, ia selalu marah-marah kalau aku harus mengeluarkan uang di depan matanya. Sungguh aku tidak mengerti mengapa aku harus menggantungkan diriku padanya.
Taksi berbelok memasuki gedung. Menepi di lobi. Aku melihat ia berdiri sendirian di tangga lobi. Dari balik kaca taksi, kulihat mimik mukanya yang kesal seolah lama menunggu. Kulirik jam pada taksi sekaligus melihat argonya, lalu kutahu betul aku tidak telat sama sekali.
Supir taksi turun membukakan pintu untukku meski aku biasa membuka pintu untuk diriku sendiri. Ia menatap supir taksi itu dengan curiga. Membayarnya dengan dua lembar uang pecahan dua puluh ribu setelah bertanya pada supir biaya taksiku yang hanya tiga puluh ribu.
“Simpan saja kembaliannya!” katanya ketus pada si supir taksi.
Kami memasuki sebuah kafe di gedung itu. Ia memesan dua cangkir kopi untuknya dan untukku. Padahal aku tidak menyukai kopi. Tapi di depannya, ia memaksaku menikmati apa yang dinikmatinya. Katanya agar aku lebih bisa mengerti ia. Ia berbicara panjang lebar. Berkeluh kesah soal hari-harinya tanpa aku di kantor. Aku diam saja. Sebab tanggapanku, kutahu akan semakin membuatnya kesal. Ia hanya mau didengar.
Hari ini tepat satu tahun kami berpacaran. Ia mengajakku berkencan biarpun baru kemarin kami bertemu sambil makan nasi goreng di warung langganannya yang tidak kusuka dan berbelanja kemeja di toko favoritnya yang bernuansa kaku.
Sejenak aku bercermin di kamarku setelah mandi dan memakai baju.
Diriku di cermin itu begitu pucat. Begitu menyedihkan. Sepasang mata di cermin itu menatapku. Aku tertunduk. Sepasang mata itu masih menatapku tajam. Mengingatkanku pada diriku yang dulu.
“Apa yang kauinginkan?” Aku mendengar suara bisik itu ketika bercermin. Kutahu ini saatnya ada diriku yang lain yang berbicara.
Spontan aku menjawab: “Banyak hal yang kuinginkan, yang ingin kuraih, yang ingin kupertahankan. Aku ingin bahagia dengan menjadi apa yang kuinginkan.” Aku menteskan air mata. Aku teringat diriku yang rajin kuliah. Mendapat nilai A untuk hampir seluruh mata kuliah. Selalu menjadi mahasiswa dengan persentasi makalah terbaik. Menginginkan menjadi perempuan yang menggapai karier tertinggi dengan pendidikan yang kudapat. Menginginkan kembali memiliki banyak teman yang membuatku merasa senang.
Tiba-tiba saja aku terlonjak. Aku melepaskan baju yang kukenakan. Membuka lemari dan mencari-cari pakaian berwarna-warni yang dulu sering kupakai. Aku membuka laci di bawah cermin riasku. Melihat begitu banyak tumpukan make-up yang menunggu. Dan aku merubah wajahku berwarna pelangi. Lembut dan betul-betul tampak indah.
“Rick, mobil Kakak bawa!” Aku berkata pada adikku yang sedang menonton televisi. Tanpa menunggu adikku berucap, aku segera mengambil kunci mobilku di meja, yang lama tidak aku sentuh karena pacarku melarangku membawa mobilku sendiri.
Aku sampai duluan sebelum pacarku sampai di kafe biasa kami janji bertemu. Aku memesan teh hangat dan sepotong kue stroberi dengan krim yang menggiurkan, yang dibencinya karena bisa membuatku gemuk. Setelah menghabiskan kue itu, aku mengambil buku yang kubawa dari rumah di tasku, dan mulai membaca sambil menunggunya datang. Aku tidak menyalakan handphone untuk sejenak.
Di ujung pintu, aku melihatnya melangkah terburu-buru kemari dengan wajah cemberut dan kesal. Kuhapal betul tabiatnya setiap bertemu aku. Ada saja hal yang dikeluhkan dan perlu dikomentarinya dengan muka begitu.
“Sedang apa kamu di sini? Aku menelponmu dari tadi. Menunggumu di depan lobi sampai setengah jam lebih.” Nada bicaranya membuat beberapa orang menengok ke arah kami. “Apa-apaan ini? Tampilanmu seperti ingin mencari lelaki saja!” Ia masih mengomel sambil berdiri.
Aku beranjak dari dudukku untuk mensejajarkan tinggiku dengannya yang menolak duduk sebelum selesai memarahiku.
Aku mulai angkat bicara, “Sayang, apa kau tahu siapa aku?”
“Kau adalah pacarku.”
“Aku adalah perempuan dengan nilai tertinggi di kelasku. Aku adalah seorang dengan banyak teman. Aku menyukai berdandan. Dan aku tidak suka memiliki rambut seperti yang kauinginkan.” Aku menarik ikat rambutku. Menyembullah rambut panjangku yang bergelombang indah seperti aslinya.
“Aku menyukai menjadi diriku karena dengan begitu aku tahu siapa aku.”
“Apa-apaan kau ini? Bicaramu ngelantur!” Semakin banyak mata orang memandang kami.
Aku sama sekali tidak merasa malu. Entah dari mana keberanian ini muncul. “Dan kau harus tahu bahwa aku ingin menjadi siapa diriku yang sebenarnya. Aku bukan manekin yang bisa kaulekatkan beragam benda yang kauinginkan sekedar untuk memuaskan hasratmu.”
Ia meracau tak karuan. Aku tidak peduli.
Kuambil bukuku. Kukeluarkan uang untuk membayar teh dan sepotong kue stroberi yang kupesan. Kutaruh uang itu di meja.
“Kita sudah berakhir. Carilah boneka sebagai temanmu. Sekedar untuk kaudandani dan mendengar keluh kesahmu tanpa berkata apa-apa.” Aku melangkah pergi menjauhinya keluar kafe.
Ia meneriaki namaku. Semakin jauh suaranya. Semakin aku tersadar bahwa ia bukanlah seseorang yang kuinginkan.
Aku berjalan keluar. Tak kupedulikan dirinya lagi. Untuk pertama kalinya aku merasa menjadi diriku yang sesungguhnya: seorang perempuan dengan banyak keinginan yang menunggu untuk diraih. Aku tetap merasa tenang karena kucium wangi vanila pada diriku.
Cerpen Karangan: Nurdiyansah
Ditulis Oleh : Unknown
Artikel
Menjadi Yang Kuinginkan
ini ditulis oleh
Unknown
pada hari
Kamis, 15 Agustus 2013
. Terimakasih atas kunjungan Anda pada blog ini. Kritik dan saran tentang
Menjadi Yang Kuinginkan
dapat Anda sampaikan melalui kotak komentar dibawah ini.
Langganan:
Posting Komentar
(RSS)
informasinya sangat informatif .. :)
BalasHapusmakasih banyak yah sobb tentang infonya, dan salam bloggers..
BalasHapustermakasih banyak gan info nya sangat bermanfaat sekali, di tunggu info menarik lainnya
BalasHapusinfonya menarik dan inovatif thanks yah..
BalasHapusInfo Nya menarik. terimakasih ya gan
BalasHapusIkut nyimakgan artikelnya di atas sangat menarik dan telah banyak memberikan informasi yang sangat luarbiasa yang saya dapat. Terimakasih
BalasHapusterima kasih sob atas infonya
BalasHapusthanks untuk infonya :)
BalasHapusterima kasih untuk infonya . ^^
BalasHapuskaya lirik lagu nya vierra nih judul nya hehhe thanks info nya...
BalasHapuskunjungan pagi
BalasHapusartikel yang menarik ..
BalasHapusmantap
Kunjungan siang
BalasHapuscerita yang bagus nih..
BalasHapusterimkasih atas ceritanya ya...
BalasHapussalam kenal
ijin nyimak ya
BalasHapusartikel yang sangat bagus..
BalasHapussiiiip gan infonya
BalasHapuscerpen nya bagus gan...
BalasHapusbagus artikelnya
BalasHapusAgen Bola
Agen Poker
Agen Sbobet
Agen Judi Bola
Bandar Bola
Situs Taruhan Bola
Website Taruhan
Taruhan Bola
Bandar Bola
mantap cerpennya
BalasHapusThat is very nice Good Job
BalasHapusHotbet888 Link Alternatif Hotbet888
Hotbet888 Link Alternatif Hotbet888
Hotbet888 Link Alternatif Hotbet888
Hotbet888 Link Alternatif Hotbet888
Hotbet888 Link Alternatif Hotbet888
Hotbet888 Link Alternatif Hotbet888
keren postingannya.. AMAZING hehehe...
BalasHapuslanjutkan kk,
agen taruhan
agen taruhan bola
Obat Penyakit Sipilis Raja Singa ? Segera Hubungi Kami Dan Pesan Obatnya Sekarang Juga di Fast Respond : 087705015423 PIN : 207C6F18.
BalasHapuswuihh mantap artikelnya :D
BalasHapuskeren cerita nya
BalasHapusjudul nya kaya judul lagu vierra :o
BalasHapusMakasih Banget Yah INfonya gan....
BalasHapusAgen PokerBandar PokerBandar DominoBandar Capsa SusunAgen Capsa SusunAgen Capsa SusunAgen Poker ResmiAgen Domino ResmiSitus Poker ResmiSitus Domino Resmi
MENGAGUMKAN
BalasHapusinformasi seputar malang, banyak berita-berita menarik, dan banyak artikel-artikel menarik
BalasHapusnice info gan
BalasHapusAyo nonton GRATIS di Aonmovie! web nonton online ribuan film box office dengan kualitas sadis!
www.aonmovie.com
BalasHapusAgen Poker
Link Alternatif Poker
Agen Dominoqq
Agen Judi Online
Agen Judi poker
Agen Dominoqq Resmi
Agen Poker 2017
Agen Poker
Info nya mantap gan..
BalasHapusJangan lupa kunjungi kami juga ya gan
Game Poker Online
Bandar Poker Online
Capsa Online
Situs Poker Terbaik
Agen Poker Indonesia
Bersama www(dot)eraqq(dot)info
Artikel yang sangat Berkualitas, lanjutkan gan :)
BalasHapusbandar togel
Agen togel
togel online
togel online terpercaya
buku mimpi togel
bandar togel terpercaya
main togel
Dapatkan Berita Teraktual Dan Terupdate Seputar Dunia Sepakbola Hanya di www.beritabola6.com
BalasHapusYang Mencakup :
-Berita Sepakbola Indonesia hingga Mancanegara
-Live Skor
-Live Streaming
-Bursa Taruhan Sepakbola
-Jadwal Pertandingan
-Klasemen
Untuk Info Lebih Lanjut Silakan Kunjungi Website kami di www.beritabola6.com
Dapatkan Berita Teraktual Dan Terupdate Seputar Dunia Sepakbola Hanya di www.beritabola6.com
BalasHapusYang Mencakup :
-Berita Sepakbola Indonesia hingga Mancanegara
-Live Skor
-Live Streaming
-Bursa Taruhan Sepakbola
-Jadwal Pertandingan
-Klasemen
Untuk Info Lebih Lanjut Silakan Kunjungi Website kami di www.beritabola6.com
Dapatkan Berita Teraktual Dan Terupdate Seputar Dunia Sepakbola Hanya di www.beritabola6.com
BalasHapusYang Mencakup :
-Berita Sepakbola Indonesia hingga Mancanegara
-Live Skor
-Live Streaming
-Bursa Taruhan Sepakbola
-Jadwal Pertandingan
-Klasemen
Untuk Info Lebih Lanjut Silakan Kunjungi Website kami di www.beritabola6.com
Blog yang bermanfaat ini sangat sayang untuk di lewatkan,
BalasHapusNine Spa Samarinda
Mantap
BalasHapusDaftar Agen Judi Dan Cara Bermain Judi Online
Trik Menang Judi
Dapatkan Berita Teraktual Dan Terupdate Seputar Dunia Sepakbola Hanya di www.beritabola6.com
BalasHapusYang Mencakup :
-Berita Sepakbola Indonesia hingga Mancanegara
-Live Skor
-Live Streaming
-Bursa Taruhan Sepakbola
-Jadwal Pertandingan
-Klasemen
Untuk Info Lebih Lanjut Silakan Kunjungi Website kami di www.beritabola6.com
Dapatkan Berita Teraktual Dan Terupdate Seputar Dunia Sepakbola Hanya di www.beritabola6.com
BalasHapusYang Mencakup :
-Berita Sepakbola Indonesia hingga Mancanegara
-Live Skor
-Live Streaming
-Bursa Taruhan Sepakbola
-Jadwal Pertandingan
-Klasemen
Untuk Info Lebih Lanjut Silakan Kunjungi Website kami di www.beritabola6.com