Solar Industri
merupakan salah satu industri yang mampu untuk membuat biaya
operasional setiap daerah di Indonesia ini menajdi lebih hemat dan dapat
dialokasikan ke bidang lain dalam usaha pembangunan daerah. Tidak salah
jika industri solar ini ternyata dapat menghemat biaya operasional atau
biaya pengeluaran sebuah daerah di Indonesia, seperti yang dilakukan
PLN Cabang Kendari yang mengganti bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel (PLTD) Wua-wua yang berkasitas 13,23 Mega Watt (MW). PLTD Wua-wua
yang berlokasi di wilayah Kota Kendari, ibukota Provinsi Sulawesi
Tenggara (Sultra) itu semula menggunakan bahan bakar solar High Speed Diesel
(HSD), kemudian diganti dengan bahan bakar Marine Fuel Oil (MO).
Seperti yang dituturkan oleh General Manager PLN Wilayah Sulawesi
Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara (Sultanbatara), Arifudin
Nurdin kepada wartawan baru-baru ini. Menurutnya “Bahan bakar MFO ini
harganya lebih murah dan efisien pemakaiannya serta mampu menghemat
biaya sebesar Rp 150 juta perhari, atau setara Rp48 miliar pertahun.
Dibanding dengan pemakaian bahan bakar jenis HSD harganya sangat mahal
dan kurang efesien. Asumsi perbedaan harga antara bahan bakar HSD dan
MFO sekitar Rp4.413 perliter”. Secara otomatis dengan pemakaian bahan
bakar diesel yaitu bahan dasar solar seperti High Speed Diesel (HSD),
dan Marine Fuel Oil (MO).
Pemakaian bahan bakar MOF bagi PLTD di Sultra itu, diresmikan oleh
Direktur Utama (Dirut) PLN Ir Fahmi Mochtar serta dihadiri Direktur PLN
luar Jawa-Bali Murtaqi Syamsuddin, Wakil Gubernur Sultra HM Saleh Lasata
dan sejumlah undangan lainnya. Penggunaan bahan bakar solar
ini serempak digunakan oleh semua cabang PLN Kendari, kecuali PLTD
Wua-wua, juga PLTD di Kota Kolaka (Sultra) yang berkapasitas 4 MW sudah
akan menggunakan bahan bakar MFO itu. Dengan pemakaian bahan bakar MFO
nisasi bagi PLTD di Sultra, maka diharapkan pemadaman bergilir tidak
terjadi lagi yang selama ini dialami Kota Kendari, Kota Kolaka dan Kota
Bau-bau, kata Arifuddin Nurdin serta seraya menambahkan, bahwa diakui
selama ini Sultra mengalami krisis listrik, sehingga terjadi pemadaman
bergilir semakin parah.
Sementara itu Dirut PLN Fahmi Mochtar dalam kesempatan pengresmian pemakaian bahan bakar MFO dari minyak solar yang banyak di berikan dari distributor solar
dan ditulis dalam harian media online (Pelita.co.id) mengatakan,
program MFO nisasi secara nasional mulai Januari 2007 dengan sasaran
target PLTD kapasitas 657 MG lebih, tapi baru berhasil dicapai baru
sebesar 364 MG yang telah beroperasi. Dengan berhasilnya mengoperasikan
MFO nisasi yang dicapai tahun 2007 itu, negara mampu menekan biaya
sebesar Rp1,72 triliun. Beliau mengatakan bahwa “program MFO nisasi
tahun 2008 ini direncanakan pada 12 wilayah di Indonesia dengan total
599 MW. Bila itu berhasil dicapai maka negara mampu menghemat biaya
sebesar Rp3,26 triliun. Program MFO nisasi ini perlu dilaksanakan secara
maksimal, sebab manfaatnya lebih besar, terutama dalam rangka
penggunaan bahan bakar yang efeseien dan
penghematannya”. Namun belakangan ini, pemadaman bergilir mulai
berkurang dari enam MW menjadi dua MW. Indikasi tersebut merupakan
adanya kesadaran masyarakat yang bisa menghemat energi pada beban
puncak.
thanks info nya ... artikel yang bagus sukses selalu gan :)
BalasHapus