ENTRI POPULER
-
Puting susu adalah bagian paling sensitif pada payudara perempuan yang tidak boleh disentuh oleh laki-laki manapun kecuali suami sen...
-
Anda telah menjalin hubungan dengan seorang pria yang spesial. Namun Anda masih ragu apakah dirinya ingin menjalani hubungan yang lebi...
-
POLISI Polisi : Gimana kejadiannya, kamu menabrak 50 orang dalam suatu kecelakaan mobil!? Jony : waktu ngendarain mobil, ke...
-
Tanda-Tanda Seorang Cowok Suka Sama Cewek (Naksir) Bagi taman teman cewek mungkin masih bingung membedakan cowok yang suka atau naksir ...
-
Dua manusia yang merasa saling berjodoh pasti memiliki ikatan emosional, spiritual dan fisik antara keduanya. Hanya dengan menatap ma...
-
Jancok, jancuk atau dancok adalah sebuah kata khas Surabaya yang telah banyak tersebar hingga meluas ke daerah kulonan (Jawa Timur seb...
-
Artikel ini memberikan informasi untuk dapat memasuki pikiran cewek itu dan lebih dekat dengannya. Ingat dasar keberanian adalah modal ya...
-
Pernikahan merupakan suatu jalan untuk memulai suatu babak babak baru dalam kehidupan seseorang. Bagi seorang wanita, menikah merupakan tem...
-
Tanaman binahong banyak dijumpai disekitar kita dan bisa dijadikan sebagai tanaman obat yang mempunyai khasiat untuk menyembuhkan berbagai...
-
Arti Mimpi Seks Makna Mimpi Seksual Anda - Mimpi tidak hanya sekedar buah tidur. Mimpi bisa menjadi petunjuk yang menandakan kondisi s...
Home
»
Cerpen
»
Sebuah Penantian
Malam beranjak kian larut, seiring purnama yang tersenyum penuh rona keindahan yang menyusup di balik jiwaku yang dirambati resah, sang purnama bersinar memancarkan cahaya kuning keemasan, seolah memberi secercah sinar ke dalam hatiku, namun entah mengapa seolah hatiku tak bisa berdamai. begitupun dengan hatiku yang kian di landa resah. ya… resah karena menanti… telah satu jam aku menunggu namun dia tak kunjung menunjukkan tanda tanda kehadirannya, bahkan nomor hp nya pun tak bisa di hubungi. ku lihat jam tanganku, hmmm.. sudah jam 10 malam, dia telah terlambat satu jam lebih dari waktu yang dijanjikan…
Aku telah menghabiskan segelas cokelat panas yang merupakan minuman favoritku, telah enam batang r*kok yang kujadikan teman sembari menunggu kedatangannya, namun firasat akan kedatangannya entah mengapa tak terbersit sama sekali di hatiku, kupandangi tempat yang telah dijanjikannya untuk bertemu ini dengan perasaan yang tak menentu, lampu berkelap kelip menambah indah lukisan malam, angin yang semerbak membawa nyanyian sendu. telah beribu kenangan indah yang tercipta antara aku dan dirinya, kini lukisan kenangan itu menjelma menari nari di memori ingatanku. saat saat pertama bertemu dulu di sini… saat saat aku mulai merajut hari bersamanya, saat saat aku menghapus air mata lukanya, saat ceria mewarnai rindu yang menjerat kalbu. tak terasa aku telah dalam tenggelam di ceruk kenangan.
Ku lihat jam kini telah menunjukkan pukul 22.45. hatiku kian gelisah harap harap cemas, mengapa dia tidak mengabariku jika memang dia tak bisa datang, mengapa malah nomornya tidak aktif, mengapa… mengapa…? apa dia lupa? bukankah dia yang mengajak untuk bertemu malam ini, di tempat ini… ah.. mungkin benar dia lupa (sanggah hatiku untuk berbaik sangka padanya), tapi benarkah? bagaimana kalau… aku segera menepis persangkaan burukku padanya. terjadi peperangan batin di hatiku, aku semakin di landa gelisah.
Perlahan lagu mengusung rindu-nya spin band mengalir syahdu dari earphone ditelingaku: “sayu hati… sayu sekali.. melihat engkau berpimpin tangan dengan sidia… sakit hati, sakit sekali.. pabila cinta yang aku beri tak dihargai…”
Karena malam semakin larut, sedang purnama telah meninggi bertahta disinggasananya sambil memancarkan sinarnya yang kuning keemasan. alam yang indah ini kulalui dengan hati yang gundah tak tercegah, sungguh tersiksa aku dibuatnya. ku coba menghubungi no hp nya, masih tidak aktif. ku coba mengirim sms padanya, tertunda… ah…
ku lihat sekeliling keadaan mulai sepi, tinggal beberapa pasangan yang masih asik bercanda di bawah sinaran rembulan. entah apa yang ada di pikiran mereka (bahagia tentunya ya..?). beberapa pasangan yang lewat di depanku memandang dengan heran, mungkin aku di kira orang gila karena duduk sendirian hanya bertemankan asap r*kok… hemmm, entahlah, aku masa bodo dengan persepsi mereka terhadapku.
Ahirnya kuputuskan untuk pulang, karena aku menganggap penantianku sepertinya akan sia sia belaka. ku ayunkan langkah dengan gontai. sejenak ku pandang sang rembulan, dia masih saja memberikan senyumnya yang indah untukku. atau hanya senyum kasihan terhadapku.. entahlah…
Sebelum pulang ke rumah aku sengaja untuk jalan jalan malam, untuk sedikit untuk menenangkan hatiku yang berkecamuk dengan seribu prasangka. ku pacu kuda besiku dengan santai sambil menghayati suasana malam yang mulai lengang. tiba tiba sesosok yang ku kenal ku lihat duduk di sebuah taman, dia berdua, mereka kelihatan sangat mesra. entah mengapa tiba tiba semua kenangan itu berpacu di ingatanku, mendobrak segala penghalangnya meski aku mencoba untuk menghalaunya. tiba tiba aku merasa percuma dengan penantianku, semua seolah sia sia. ya semuanya sia sia…
Cerpen Karangan: M.Munif Fannani
Sebuah Penantian
Malam beranjak kian larut, seiring purnama yang tersenyum penuh rona keindahan yang menyusup di balik jiwaku yang dirambati resah, sang purnama bersinar memancarkan cahaya kuning keemasan, seolah memberi secercah sinar ke dalam hatiku, namun entah mengapa seolah hatiku tak bisa berdamai. begitupun dengan hatiku yang kian di landa resah. ya… resah karena menanti… telah satu jam aku menunggu namun dia tak kunjung menunjukkan tanda tanda kehadirannya, bahkan nomor hp nya pun tak bisa di hubungi. ku lihat jam tanganku, hmmm.. sudah jam 10 malam, dia telah terlambat satu jam lebih dari waktu yang dijanjikan…
Aku telah menghabiskan segelas cokelat panas yang merupakan minuman favoritku, telah enam batang r*kok yang kujadikan teman sembari menunggu kedatangannya, namun firasat akan kedatangannya entah mengapa tak terbersit sama sekali di hatiku, kupandangi tempat yang telah dijanjikannya untuk bertemu ini dengan perasaan yang tak menentu, lampu berkelap kelip menambah indah lukisan malam, angin yang semerbak membawa nyanyian sendu. telah beribu kenangan indah yang tercipta antara aku dan dirinya, kini lukisan kenangan itu menjelma menari nari di memori ingatanku. saat saat pertama bertemu dulu di sini… saat saat aku mulai merajut hari bersamanya, saat saat aku menghapus air mata lukanya, saat ceria mewarnai rindu yang menjerat kalbu. tak terasa aku telah dalam tenggelam di ceruk kenangan.
Ku lihat jam kini telah menunjukkan pukul 22.45. hatiku kian gelisah harap harap cemas, mengapa dia tidak mengabariku jika memang dia tak bisa datang, mengapa malah nomornya tidak aktif, mengapa… mengapa…? apa dia lupa? bukankah dia yang mengajak untuk bertemu malam ini, di tempat ini… ah.. mungkin benar dia lupa (sanggah hatiku untuk berbaik sangka padanya), tapi benarkah? bagaimana kalau… aku segera menepis persangkaan burukku padanya. terjadi peperangan batin di hatiku, aku semakin di landa gelisah.
Perlahan lagu mengusung rindu-nya spin band mengalir syahdu dari earphone ditelingaku: “sayu hati… sayu sekali.. melihat engkau berpimpin tangan dengan sidia… sakit hati, sakit sekali.. pabila cinta yang aku beri tak dihargai…”
Karena malam semakin larut, sedang purnama telah meninggi bertahta disinggasananya sambil memancarkan sinarnya yang kuning keemasan. alam yang indah ini kulalui dengan hati yang gundah tak tercegah, sungguh tersiksa aku dibuatnya. ku coba menghubungi no hp nya, masih tidak aktif. ku coba mengirim sms padanya, tertunda… ah…
ku lihat sekeliling keadaan mulai sepi, tinggal beberapa pasangan yang masih asik bercanda di bawah sinaran rembulan. entah apa yang ada di pikiran mereka (bahagia tentunya ya..?). beberapa pasangan yang lewat di depanku memandang dengan heran, mungkin aku di kira orang gila karena duduk sendirian hanya bertemankan asap r*kok… hemmm, entahlah, aku masa bodo dengan persepsi mereka terhadapku.
Ahirnya kuputuskan untuk pulang, karena aku menganggap penantianku sepertinya akan sia sia belaka. ku ayunkan langkah dengan gontai. sejenak ku pandang sang rembulan, dia masih saja memberikan senyumnya yang indah untukku. atau hanya senyum kasihan terhadapku.. entahlah…
Sebelum pulang ke rumah aku sengaja untuk jalan jalan malam, untuk sedikit untuk menenangkan hatiku yang berkecamuk dengan seribu prasangka. ku pacu kuda besiku dengan santai sambil menghayati suasana malam yang mulai lengang. tiba tiba sesosok yang ku kenal ku lihat duduk di sebuah taman, dia berdua, mereka kelihatan sangat mesra. entah mengapa tiba tiba semua kenangan itu berpacu di ingatanku, mendobrak segala penghalangnya meski aku mencoba untuk menghalaunya. tiba tiba aku merasa percuma dengan penantianku, semua seolah sia sia. ya semuanya sia sia…
Cerpen Karangan: M.Munif Fannani
Ditulis Oleh : Unknown
Artikel
Sebuah Penantian
ini ditulis oleh
Unknown
pada hari
Senin, 03 Juni 2013
. Terimakasih atas kunjungan Anda pada blog ini. Kritik dan saran tentang
Sebuah Penantian
dapat Anda sampaikan melalui kotak komentar dibawah ini.
Langganan:
Posting Komentar
(RSS)
hmm sedihhh :(
BalasHapusObat Penyakit Sipilis Raja Singa ? Segera Hubungi Kami Dan Pesan Obatnya Sekarang Juga di Fast Respond : 087705015423 PIN : 207C6F18.
BalasHapussedih nyaa :'(
BalasHapussedih :")
BalasHapus