ENTRI POPULER
-
Puting susu adalah bagian paling sensitif pada payudara perempuan yang tidak boleh disentuh oleh laki-laki manapun kecuali suami sen...
-
Anda telah menjalin hubungan dengan seorang pria yang spesial. Namun Anda masih ragu apakah dirinya ingin menjalani hubungan yang lebi...
-
POLISI Polisi : Gimana kejadiannya, kamu menabrak 50 orang dalam suatu kecelakaan mobil!? Jony : waktu ngendarain mobil, ke...
-
Tanda-Tanda Seorang Cowok Suka Sama Cewek (Naksir) Bagi taman teman cewek mungkin masih bingung membedakan cowok yang suka atau naksir ...
-
Dua manusia yang merasa saling berjodoh pasti memiliki ikatan emosional, spiritual dan fisik antara keduanya. Hanya dengan menatap ma...
-
Jancok, jancuk atau dancok adalah sebuah kata khas Surabaya yang telah banyak tersebar hingga meluas ke daerah kulonan (Jawa Timur seb...
-
Artikel ini memberikan informasi untuk dapat memasuki pikiran cewek itu dan lebih dekat dengannya. Ingat dasar keberanian adalah modal ya...
-
Pernikahan merupakan suatu jalan untuk memulai suatu babak babak baru dalam kehidupan seseorang. Bagi seorang wanita, menikah merupakan tem...
-
Tanaman binahong banyak dijumpai disekitar kita dan bisa dijadikan sebagai tanaman obat yang mempunyai khasiat untuk menyembuhkan berbagai...
-
Arti Mimpi Seks Makna Mimpi Seksual Anda - Mimpi tidak hanya sekedar buah tidur. Mimpi bisa menjadi petunjuk yang menandakan kondisi s...
Home
»
Cerpen
»
Bernafas Tanpamu
Andai aku bisa kembali, pasti bahagia yang akan ku dapati. Andai aku tak terkalahkan akan keegoisanku dulu, pasti semua akan baik-baik saja. Mengapa penyesalan selalu datang di akhir? Disaat semuanya telah terjadi. Andai aku bisa kembali, pasti akan kuperbaiki semua kesalahan yang pernah terjadi. Haruskah semua berakhir seperti ini?
Kehidupan di dunia ini memang tiadalah abadi selamanya. Selama ini, mungkin aku terlalu terbuai dengan segala urusan duniawi tanpa pernah menoleh pada suatu urusan yang sangat penting yaitu urusan akhirat. Selama ini, aku hanya mementingkan diriku sendiri yang tanpa kusadari telah membuat orang-orang disekitarku tersiksa.
Tuhan… izinkan aku kembali…
***
Hari telah berlalu, tahun pun telah berganti, namun gadis itu masih saja meratapi kepergian kekasihnya. Sejak pertengkaran hebat yang terjadi setahun yang lalu, yang akhirnya menghilangkan nyawa kekasihnya itu, ia menjadi gadis yang pemurung. Sepanjang hidupnya hanya dihabiskan dengan menonton video dimana ada dirinya dan kekasihnya di sana… yang masih mesra dalam balutan asmara. Penyesalan adalah alasan mengapa ia bisa menjadi seperti itu.
Sikapnya yang nyaris tidak ada semangat untuk melanjutkan hidup itu menimbulkan rasa khawatir dari sahabat-sahabatnya dan juga sahabat-sahabat dari kekasihnya. Kehilangan seseorang yang sangat disayangi memanglah bukan hal yang mudah untuk dilalui. Butuh waktu yang lama untuk menghilangkan rasa kesedihan itu. Namun apakah hidup harus berhenti sampai disini?
“udahlah ras, ikhlasin indra, mungkin ini udah jalan terbaik untuknya, dia pasti udah tenang disana” ucap nada
Gadis itu masih terdiam, tak ada sepatah katapun terlontar dari bibir manisnya. Wajahnya terlihat kacau tak terurus, badannya yang kurus menambah keprihatinan di benak sahabat-sahabatnya.
“ras… mau sampai kapan loe kayak gini? Gue sedih ngelihat loe terus-terusan murung, nggak mau makan, nggak mau ngapa-ngapain” ucap tiara dengan nada serak
“ikhlasin naga ras… dia udah tenang di sana, jangan loe bikin arwahnya nggak tenang dengan sikap loe yang seperti ini” ucap meyli
“ras… please, jangan gini terus, ayo makan ras… makan” ucap nindya dengan tangis histeris
Sahabat-sahabat gadis itu terus membujuknya untuk makan serta bangkit dari keterpurukannya. Sedangkan sahabat-sahabat dari kekasihnya yang notabennya cowok semua hanya menatap gadis itu dengan tatapan sedih dan juga khawatir.
Gadis itu masih belum berkata apa-apa, matanya terus tertuju pada layar dihadapannya. Video dirinya dan sang kekasih. Di sana mereka tampak bahagia, tertawa bersama, dan sang kekasih sempat memberikan kecupan manis di pipi kanannya, mereka sangat menikmati saat-saat itu. Seketika, setetes air mata itu pun jatuh dari pelupuk matanya. Ia tak berusaha untuk menyeka air mata itu dengan tangannya. Ia terus fokus pada video itu. Bahkan matanya sempat tidak berkedip untuk waktu yang lama.
Air mata itu pun ikut berjatuhan dari mata sahabat-sahabatnya. Mereka tak tau apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya itu. Pertengkaran seperti apa yang membuatnya sebegitu frustasinya.
Aku butuh kamu indra, sekarang
Hanya kata itu yang keluar dari bibir manis gadis itu
***
Aku hanya dapat memandanginya… meratapi kesedihannya atas kepergianku. Ingin sekali ku katakan padanya bahwa aku baik-baik saja dan ia tak perlu menyesali pertengkaran yang terjadi diantara kami sebelum aku pergi.
Aku ingin memeluknya, menghapus air matanya, membawanya kedalam dekapanku, menghapus luka perih yang telah kulukiskan di dalam hatinya, yang membuatnya menjadi seperti ini. Sungguh… keadaannya saat ini memang sangat mengkhawatirkan. Ia yang dulunya adalah seorang wanita cantik, berpenampilan menarik dengan berat badan ideal, berubah menjadi wanita dengan wajah parau, berpenampilan kacau dan berat badan yang nyaris seperti orang kekurangan gizi.
Ya tuhan… izinkan dia melihatku sebentar saja, izinkan pula aku untuk berbicara padanya walau hanya sebentar, izinkan dia merasakan keberadaanku, izinkan aku dan dia bertemu.
Aku sudah tak sanggup melihatnya, kuputuskan untuk menjauh darinya. Kupergi menuju halaman belakang rumahnya, kupandangi langit yang cerah dan duduk di ayunan tempat dimana aku dan dia sering menghabiskan waktu bersama. Ingin rasanya aku berontak, namun apa daya, semua ini adalah takdir yang engkau berikan untukku dan dirinya. Aku hanya dapat pasrah meratapi nasibku dan orang-orang disekitarku.
Setelah kepergianku yang tragis itu, aku hanya dapat membuat orang-orang yang kusayangi menderita. Beribu tangis kulihat dari mereka, kedua orang tuaku, pacarku, sahabat-sahabatku, serta semua orang yang mengenalku. Ingin aku berteriak dan memberitahu mereka bahwa aku baik-baik saja tapi bagaimana caranya? Duniaku dan mereka telah berbeda.
***
Gadis itu bernama Laras, Larasati tepatnya. Ia seorang gadis berusia 20 tahun yang sedang kuliah semester 3 di salah satu Universitas di Jakarta. Menjalin hubungan dengan pacarnya yang bernama Indra Sinaga sejak mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Laras adalah gadis yang ceria, memiliki semangat yang tinggi, ia juga gadis yang madiri, tinggal jauh dari orang tua bukanlah masalah baginya.
Laras dan Indra ingin mengambil keputusan untuk terus menjalani hidup bersama, namun keduanya masih diberatkan dengan kewajiban mereka menuntut ilmu, lagipula keputusan itu membutuhkan pertimbangan yang matang. Hal itu sering mendatangkan pertengkaran diantara mereka berdua.
Indra… ia seorang cowok yang ingin hidup bebas. Bebas bergaul dengan siapapun, bebas melakukan apapun yang ia inginkan. Sedangkan laras, ia merasa bahwa sikap bebas yang diterapkan indra telah membuatnya lupa akan dirinya. Hal itu membuat mereka bertengkar hebat. Hingga akhirnya… peristiwa itu pun terjadi
“aku? Kok aku? Kamu! Kamu yang selalu nggak peduli sama aku, selalu ayik dengan dunia kamu sendiri” ucap laras
“kamu nya aja yang nggak ngerti! Kamu kira gampang tuk terus hidup dengan kamu” ucap indra
“kamu pikir aku bahagia hidup sama kamu? Hah! Kamu tuh mau menang sendiri tau nggak!” ucap laras
“ras… coba kamu lihat diri kamu sendiri ras! Ngaca! Ngaca!” ucap indra
Indra berlalu meninggalkan laras yang terus mengejarnya dari belakang. Indra memasuki mobil dengan wajah yang masih terlihat penuh amarah.
Kemudian, indra pun memundurkan mobilnya tanpa melihat keadaan dibelakangnya, dan… peristiwa itu pun terjadi, sebuah mobil dari arah berlawanan menabrak mobil yang sedang dikeluarkan indra dari perkarangan halamannya. Kecelakaan itu berhasil merenggut nyawa indra saat itu juga. Laras melihat langsung kejadian itu, ia berteriak sekencang-kencangnya, air mata itu terus mengalir. Keadaan mobil indra rusak parah, darah bercucuran dimana-mana, warga yang melihat kecelakaan itu telah berusaha membawa indra ke Rumah Sakit, namun apa daya, Indra meninggal dunia sebelum tiba di Rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis.
Sejak saat itu laras berubah, ia terus murung. Tak pernah mau makan, dan melakukan semua kegiatan yang seharusnya masih ia lakukan hingga sekarang. Semua orang terdekatnya selalu berusaha untuk membujuknya, namun ia tetap menolak, bahkan kedua orang tua indra pun tak berhasil membuatnya melepaskan indra. Baying-bayang pertengkaran itu terus menyelimuti fikirannya, tak pernah mau pergi.
***
Oh tuhan… beri ku kesempatan untuk menemuinya, setidaknya hanya untuk mengatakan bahwa aku baik-baik saja agar ia bisa hidup dengan tenang begitu juga aku. Aku mohon… masukkan aku dalam mimpinya… sekali saja.
Laras beranjak pergi, ia duduk di dapur sembari menegak sebuah minuman. Aku mencoba mendekatinya, aku pun duduk disebelahnya. Kuberanikan diri untuk memegang pipinya, dia merasakan itu, dia memegangi pipinya, oh tuhan… apakah ini pertanda bahwa kau mulai menyetujui niatku?
Laras kembali beranjak menuju ke tepi kolam renang, ia duduk sendiri di sana, sahabat-sahabatku dan sahabatnya sudah pulang, urusan kuliah tak mungkin mereka lewatkan. Sekarang, aku duduk di seberang kolam, memainkan air itu dan ada sebuah balon di sana, aku berhasil memegangnya setelah beberapa kali gagal. Kemudian, kupandangi lagi seseorang yang sangat berarti untukku itu. Ia membelakangiku, namun aku masih dapat mengingat jelas wajahnya.
Aku berjalan mendekatinya…
Aku butuh kamu ndra, sekarang…
Kalimat itu kembali kudengar dari bibir manisnya, ketika aku kembali duduk disampingnya. Ia segera beranjak saat itu juga, aku hanya dapat memperhatikannya yang perlahan menghilang di balik pintu.
Ku berjalan mengikuti arah kemana ia pergi, kali ini ia merebahkan tubuhnya si sofa. Tangis itu masih terlihat, aku tak tahan melihatnya terus begitu. Aku menggantikan posisi bantal yang ia gunakan menjadi pahaku, kini kepalanya berada tepat di atas pahaku. Dan sekarang… aku dapat melihat jelas kesedihan itu.
Tuhan… izinkan aku kembali sebentar saja
***
Satu tahun telah berlalu, aku masih belum dapat menerima kepergianmu ndra, entah sampai kapan aku akan terus begini? Semangat memang terus berdatangan dari sahabatku dan sahabatmu, tapi entah… aku masih belum bisa menerima kepergianmu. Sejujurnya, aku tak tega melihat sahabatku beruraian air mata saat membujukku untuk makan, memulai semuanya dari awal, tanpa kehadiranmu disisiku. Berat… berat untukku menerima semua ini.
Andai kau masih disini… aku pasti akan mencoba untuk mengerti dirimu, menerima dirimu apa adanya, menerima semua hal yang ingin kau lakukan. Andai aku masih bisa dipertemukan denganmu, mungkin aku akan sedikit lebih tenang, atau mungkin aku bisa kambali menjadi diriku yang dulu, seperti yang sahabatku dan sahabatmu inginkan. Indra… aku merindukanmu.
Gadis itu memejamkan matanya, terlelap dalam mimpinya. Tiba-tiba, sebuah cahaya terang menyeruak masuk kedalam mimpinya, diujung cahaya itu berdiri seseorang yang baru saja ia bicarakan.
“indra…” ucap gadis itu tersenyum
“ras… akhirnya, tuhan memberikan kesempatan itu untukku dan untukmu, mungkin waktuku tak banyak, yang aku ingin sampaikan hanyalah, berhentilah menghukum dirimu seperti itu, lihat dirimu… mana laras yang dulu aku kenal? Aku sama sekali tak melihat itu sekarang. Ras… kembalilah menjalani hidupmu, jangan fikirkan aku, aku baik-baik saja. Hidupmu masih panjang ras, manfaatkan itu, bukankah kau ingin menggapai cita-citamu dulu? Lupakan pertengkaran itu, aku sudah tak mau mengingat hal itu, aku harap kau pun mau melupakannya. Ras… aku sayang kamu, meski raga tak lagi bersama tapi yakinlah, aku selalu ada dihatimu, aku selalu ada didekatmu, kapanpun kamu mau, aku ada untukmu ras. Aku mohon, bangkit dan jalani hidupmu seperti seharusnya. Itu permintaan terakhirku untukmu, aku harap kamu mau menjalani semua permintaanku itu agar aku bisa jauh lebih tenang” ucap indra
Gadis itu berlari menghambur ke dalam pelukan indra. Indra pun memeluknya erat, membelai rambut gadis itu lembut, seperti permintaan-permintaan sebelumnya yang indra lontarkan. Kini, ia dapat memeluk sang kekasih, membawanya dalam dekapan hangat tubuhnya dan ia dapat menghapus setiap air mata yang mengalir dari mata kekasihnya itu, mungkin ia juga telah berhasil membuang luka perih yang ia lukiskan didalam hati kekasihnya itu.
“berjanjilah padaku untuk menepati permintaan terakhirku itu ras” ucap indra
Gadis itu mengangguk dan mulai tersenyum
“aku pamit ya, jaga diri kamu… jangan pernah menangisi kepergianku lagi, aku ingin tenang tanpa bayang-bayang tangisanmu itu, aku ingin melihatmu tersenyum seperti ini selalu, selamanya” ucap indra
“aku janji, tapi… kalau aku merindukanmu, boleh kan air mata itu tetap ada” ucap laras
Indra hanya tersenyum, dikecupnya kening pacarnya itu dan perlahan berjalan pergi memasuki cahaya yang telah membawanya kepada kekasihnya itu, pegangan tangan itu masih belum lepas sampai akhirnya indra pun menghilang di balik cahaya terang itu.
Gadis itu kembali mengeluarkan air mata nya, namun kali ini adalah air mata kebahagiaan karena keinginannya untuk bertemu sang kekasih telah terwujud. Ia bertekad dalam dirinya untuk menepati janjinya pada kekasihnya itu. Sebuah senyuman itu perlahan muncul darinya. ia kembali dalam tidurnya.
***
Oh tuhan… terima kasih engkau telah memberikanku kesempatan untuk bertemu dengannya, dapat memeluk dan menghapur air matanya. Kini hatiku lega, mungkin aku akan jauh lebih tenang setelah ini. Laras telah berjanji untuk menepati permintaan terakhirku. Aku rasa, ia akan kembali menjadi dirinya setelah ini. Amin… itu yang aku harapkan.
Aku yakin, laras dapat menghapus air mata kedua orang tuaku, sahabat-sahabatku dan semua orang yang kusayangi setelah pertemuan itu. Aku harap benar adanya.
Selamat tinggal laras, aku menyayangimu…
***
Hati-hari setelah pertemuan singkat itu telah berlalu, meninggalkan amanah yang harus dijalankan. Gadis itu telah berjanji, dan ia sudah bertekat untuk menepati janji itu, demi kekasihnya, dirinya sendiri dan orang-orang yang menyayanginya.
Gadis itu mulai bangkit, selera makannya sudah mulai ada, berat badannya pun telah berangsur-angsur normal. Awalnya para sahabat tak mempercayai perubahan sikap gadis itu yang cukup drastis. Gadis itu memang tak mau membuka suara perihal pertemuannya dengan sang kekasih. Biarlah itu mereka berdua yang tau.
Saat itu, sahabat-sahabat gadis itu sedang berada di rumahnya. Hampir setiap hari mereka mengunjungi gadis itu, tepatnya sejak kepergian Indra yang sangat membuat gadis itu terluka berat dan sudah seperti orang linglung yang tak tau harus berbuat apa selain melamun dan terus melamun, meratapi kepergian kekasih yang sangat amat ia cintai. Gadis itu pun membuka suara, memecahkan keheningan yang tengah terjadi disana.
“guys, sorry yah aku udah bikin kalian khawatir, kepergian indra memang begitu berat, tapi sekarang… aku udah mencoba untuk mengikhlaskan indra, seperti kata kalian, supaya dia juga bisa tenang di sana, masalah pertengkaran itu aku akan coba untuk melupakannya, sekarang bantu aku untuk kembali 100% menjadi diriku yang dulu yah… meski udah nggak ada indra lagi” ucap laras
“alhamdulillah ras, akhirnya loe mau bangkit juga, gue seneng banget dengernya” ucap nada
“iya ras, kita seneng banget ngeliat perubahan loe ini, kita pasti bantu kok” ucap dennis
“by the way, NisMeFaMa gue boleh minta tolong nggak?” ucap laras
NisMeFaMa, itu adalah genk persahabatan yang sebenarnya bernama GaNisMeFaMa. GaNisMeFaMa merupakan singkatan dari anggota genk tersebut. Indra, biasa dipanggil Naga disingkat menjadi Ga, Dennis disingkat menjadi Nis, Amec disingkat menjadi Me, Fare disingkat menjadi Fa, dan yang terakhir Dharma disingkat menjadi Ma, dan jadilah GaNisMeFaMa. Namun sayangnya singkatan Ga telah tiada.
“apa ras, sebisa mungkin kita bantui kok” ucap amec
“anterin gue ke rumah ortu nya indra yah, sekalian habis itu kita ke makam” ucap laras
“wah itu mah gampil” ucap fare
“gampang fare” ucap dharma
“ye… terserah gue donk” ucap fare
“hahaha” semua yang ada disana pun tertawa melihat pertengkaran kecil antara dharma dan fare. Gadis bernama laras itu pun ikut tertawa setelah sekian lama ini hanya berada dalam keterpurukannya. Hal itu membuat sahabat-sahabatnya lega.
Hari itu juga mereka semua berangkat menemui orang tua dari naga atau indra. Disana, laras berniat untuk bercerita tentang pertemuannya dan indra kepada kedua orang tuanya.
“bunda… beberapa hari yang lalu, indra datang menemuiku, aku sempat memeluknya meski hanya sebentar” ucap laras pada ibunda naga
Bunda terlihat kaget dan tak percaya
“maksud nak laras apa?” Tanya bunda
“laras, kami tau kepergian naga begitu berat untuk kamu terima, tapi jangan sampai semua itu bikin kamu kayak gini sayang” ucap ayah
Laras tersenyum, ia mengerti maksud pernyataan ayah
“ayah, bunda, laras tau… kemarin-kemarin laras udah seperti orang stress karena kehilangan indra, seseorang yang selama ini mengisi hari-hari laras, tapi saat ini apa yang laras bilang itu benar, laras nggak main-main” ucap laras
Ayah dan bunda saling bertatapan, laras kembali tersenyum
“laras bertemu indra di dalam mimpi bunda, ayah. Indra datang menemuiku untuk mengatakan ia baik-baik saja, ia juga memintaku untuk tidak menyalahkan diriku sendiri seperti kemarin-kemarin aku lakukan, ia memintaku untuk melupakan semua kenangan pahit yang terjadi sebelum kepergiannya, dan ia juga memintaku untuk tidak bersedih, dan aku yakin itu juga ditujukan untuk orang-orang yang dia sayang” laras mengambil nafas, kemudian melanjutkan pembicaraannya “indra nggak ingin kita terus berada dalam kesedihan” ucapnya yang tanpa disadari air matanya telah mengalir dengan derasnya
Kedua orang tua indra pun begitu, mereka tak dapat menahan tangis ketika mendengar ucapan laras. Bunda pun langsung memeluk calon mantunya itu (apakah masih bisa?). Mereka semua pun menangis, entah berapa lama…
Sementara di luar, sahabat-sahabatnya tengah memandangi foto-foto yang tertinggal dan masih tersusun rapi di ruang tengah. Foto seseorang yang selama ini berada dan selalu bersama dalam semua keadaan, baik itu susah maupun senang. Di foto itu ia tersenyum manis, manis sekali, di samping kiri-kanan nya terdapat kedua orang tuanya yang sedang mendaratkan sebuah ciuman di pipinya, ciuman yang menandakan begitu hangatnya keluarga itu. Diantara foto itu, mereka juga melihat foto dimana ada mereka di sana, foto GaNisMeFaMa lengkap, tanpa terkecuali. Mereka tersenyum, tertawa, menangis, bersedih bersama, semuanya ada di bingkai foto yang cukup besar yang dapat menampung semua foto kenangan mereka semasa SMA hingga kuliah.
Seketika, air mata pun muncul dari pelupuk mata mereka, kenangan itu begitu indah, mereka tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa mereka akan kehilangan salah seorang bagian dari mereka. Seiring dengan tatapan yang masih terus tertuju pada foto-foto kenangan yang di pajang dengan rapi oleh indra itu, mereka pun berpelukan. Namun kemudian mereka sadar, tak seharusnya mereka menangis, karena itu akan membuat indra resah jika ia melihat mereka yang sedang terpuruk menangisi kepergiannya dan mereka tak mau itu terjadi.
“selamat jalan ndra, kita disini selalu berdoa supaya loe tenang dan di terima di sana, loe nggak usah khawatirin kita, kita akan baik-baik aja, loe juga harus baik-baik ya di sana” ucap dennis
“ga, semua kenangan yang pernah kita lalui bersama, di mulai dari kerja sama saat ulangan, sampe usaha kecil-kecilan buat nambah uang jajan, semua itu nggak akan pernah gue lupain” ucap amec
“ga, meski gue di sini selalu bikin loe marah, tapi gue bangga karena bisa menjadi sahabat loe, loe kakak yang baik buat gue, saat gue berbuat salah, loe nggak segan-segan kasih gue nasehat bahkan kalau gue udah kelewatan, loe juga nggak segan-segan buat ngehukum gue dengan cara loe, yang bikin gue sadar dan nggak pernah ngulangin kesalahan gue lagi, gue berterima kasih banyak sama loe ga, karena secara nggak langsung loe udah merubah sikap gue yang berantakan ini menjadi orang yang lebih baik” ucap fare
“gue nggak tau harus bilang apa, yang jelas gue seneng banget karena loe udah mau jadi sahabat terbaik gue, gue Cuma berharap semua kebaikan loe ke kita-kita akan di balas oleh-Nya, loe teramat baik ga, thanks buat semua semangat support loe ke gue” ucap dharma
Keempat sahabat itu pun kembali berpelukan, membuat sahabat-sahabat laras pun ikut menangis.
“kalian berdelapan kenapa?” Tanya laras yang keluar dari kamar indra bersama kedua orang tua yang sudah dianggapnya seperti orang tua kandungnya sendiri
Kedelapan sahabatnya pun kaget dan langsung melepaskan pelukan mereka dan segera menyeka air mata yang jatuh membasahi pipi mereka.
“kita nggak apa-apa kok” ucap dennis sekenanya
“oh, kita ke makam yuk” ucap laras
“yuk” ucap semua
Saat itu juga, mereka berangkat menuju makam indra. Sebelum ke makam, laras bersama kedua orang tua indra, mampir ke toko bunga, membeli bunga untuk ditabur diatas makam dan membeli bunga untuk di taruh sebagi hadiah. Setelah itu mereka pun melanjutkan perjalanan menuju makam indra.
Setibanya di sana, laras terduduk di depan nisan indra, sesekali air matanya menetes namun terus ia terka menggunakan tangannya dan mencoba untuk tersenyum
“ndra, aku datang… aku datang bersama kedua orang tuamu, dan juga sahabat-sahabatmu. Gimana keadaanmu? Baik-baik aja kan, seperti yang kamu bilang ke aku? Aku harap begitu ndra. Indra, aku sayang kamu, meski aku tau kita nggak mungkin bisa bersama lagi, tapi aku masih boleh kan menyimpan kamu di dalam hatiku, bahkan menguncimu selamanya dihatiku, boleh kan?” air mata itu pun mengalir deras
“aku udah bertekad buat melepas kepergianmu, biar kamu tenang di sana, kamu tenang aja, aku pasti bisa kok, kan ada sahabat, orang tua kamu. Oh ya, aku juga nggak akan berhenti untuk menyayangi kedua orang tuamu sampai di sini saja, tapi sampai maut juga mengambil nyawaku dan kita kembali bertemu di sana” ucap laras
Semua yang mendengar itu pun ikut menangis, pertanyaan pun muncul dari benak mereka, mengapa pasangan ini harus terpisah?
Untuk beberapa waktu mereka terus menangis di depan makam indra, namun kemudian mereka kompak menghapus air matanya dan merubahnya menjadi sebuah senyuman. Senyuman terakhir yang mereka berikan sebelum meninggalkan makam indra.
***
Terima kasih laras, aku tau kamu bisa. Tangisan kalian menandakan betapa kalian sangat menyayangiku, aku tersanjung melihatnya. Terima kasih laras… bunga yang kau berikan itu, aku sangat menyukainya.
Laras… tentu boleh kau menyimpanku bahkan mengunciku dalam hatimu, karena aku pun sama, telah mengunci hatiku hanya untukmu seorang. Meski raga kita tak lagi bersama, namun hati kita masih sama bukan.
Teruntuk sahabatku, kalian semua juga adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki. Aku juga tak akan pernah melupakan semua kenangan yang pernah kita lalui bersama, baik itu saat susah sampai tertawa bersama. Semua kenangan itu sangat berharga untukku, karena kalian aku merasa lebih bermakna. Beribu kasih dan maaf untuk kalian.
Mungkin setelah ini aku akan pergi dengan tenang, melihat senyuman terakhir kalian membuat hatiku merasa tentram.
Selamat tinggal dunia, terima kasih karena semasa hidupku kalian selalu memberikanku kenangan yang indah yang tak akan pernah bisa aku lupakan.
Selamat tinggal laras… sekarang hatiku telah lega dan mungkin usahaku untuk Bernafas Tanpamu akan segera terwujud. Selamat tinggal semua…
END
Cerpen Karangan: Diah Dwihning
Bernafas Tanpamu
Andai aku bisa kembali, pasti bahagia yang akan ku dapati. Andai aku tak terkalahkan akan keegoisanku dulu, pasti semua akan baik-baik saja. Mengapa penyesalan selalu datang di akhir? Disaat semuanya telah terjadi. Andai aku bisa kembali, pasti akan kuperbaiki semua kesalahan yang pernah terjadi. Haruskah semua berakhir seperti ini?
Kehidupan di dunia ini memang tiadalah abadi selamanya. Selama ini, mungkin aku terlalu terbuai dengan segala urusan duniawi tanpa pernah menoleh pada suatu urusan yang sangat penting yaitu urusan akhirat. Selama ini, aku hanya mementingkan diriku sendiri yang tanpa kusadari telah membuat orang-orang disekitarku tersiksa.
Tuhan… izinkan aku kembali…
***
Hari telah berlalu, tahun pun telah berganti, namun gadis itu masih saja meratapi kepergian kekasihnya. Sejak pertengkaran hebat yang terjadi setahun yang lalu, yang akhirnya menghilangkan nyawa kekasihnya itu, ia menjadi gadis yang pemurung. Sepanjang hidupnya hanya dihabiskan dengan menonton video dimana ada dirinya dan kekasihnya di sana… yang masih mesra dalam balutan asmara. Penyesalan adalah alasan mengapa ia bisa menjadi seperti itu.
Sikapnya yang nyaris tidak ada semangat untuk melanjutkan hidup itu menimbulkan rasa khawatir dari sahabat-sahabatnya dan juga sahabat-sahabat dari kekasihnya. Kehilangan seseorang yang sangat disayangi memanglah bukan hal yang mudah untuk dilalui. Butuh waktu yang lama untuk menghilangkan rasa kesedihan itu. Namun apakah hidup harus berhenti sampai disini?
“udahlah ras, ikhlasin indra, mungkin ini udah jalan terbaik untuknya, dia pasti udah tenang disana” ucap nada
Gadis itu masih terdiam, tak ada sepatah katapun terlontar dari bibir manisnya. Wajahnya terlihat kacau tak terurus, badannya yang kurus menambah keprihatinan di benak sahabat-sahabatnya.
“ras… mau sampai kapan loe kayak gini? Gue sedih ngelihat loe terus-terusan murung, nggak mau makan, nggak mau ngapa-ngapain” ucap tiara dengan nada serak
“ikhlasin naga ras… dia udah tenang di sana, jangan loe bikin arwahnya nggak tenang dengan sikap loe yang seperti ini” ucap meyli
“ras… please, jangan gini terus, ayo makan ras… makan” ucap nindya dengan tangis histeris
Sahabat-sahabat gadis itu terus membujuknya untuk makan serta bangkit dari keterpurukannya. Sedangkan sahabat-sahabat dari kekasihnya yang notabennya cowok semua hanya menatap gadis itu dengan tatapan sedih dan juga khawatir.
Gadis itu masih belum berkata apa-apa, matanya terus tertuju pada layar dihadapannya. Video dirinya dan sang kekasih. Di sana mereka tampak bahagia, tertawa bersama, dan sang kekasih sempat memberikan kecupan manis di pipi kanannya, mereka sangat menikmati saat-saat itu. Seketika, setetes air mata itu pun jatuh dari pelupuk matanya. Ia tak berusaha untuk menyeka air mata itu dengan tangannya. Ia terus fokus pada video itu. Bahkan matanya sempat tidak berkedip untuk waktu yang lama.
Air mata itu pun ikut berjatuhan dari mata sahabat-sahabatnya. Mereka tak tau apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya itu. Pertengkaran seperti apa yang membuatnya sebegitu frustasinya.
Aku butuh kamu indra, sekarang
Hanya kata itu yang keluar dari bibir manis gadis itu
***
Aku hanya dapat memandanginya… meratapi kesedihannya atas kepergianku. Ingin sekali ku katakan padanya bahwa aku baik-baik saja dan ia tak perlu menyesali pertengkaran yang terjadi diantara kami sebelum aku pergi.
Aku ingin memeluknya, menghapus air matanya, membawanya kedalam dekapanku, menghapus luka perih yang telah kulukiskan di dalam hatinya, yang membuatnya menjadi seperti ini. Sungguh… keadaannya saat ini memang sangat mengkhawatirkan. Ia yang dulunya adalah seorang wanita cantik, berpenampilan menarik dengan berat badan ideal, berubah menjadi wanita dengan wajah parau, berpenampilan kacau dan berat badan yang nyaris seperti orang kekurangan gizi.
Ya tuhan… izinkan dia melihatku sebentar saja, izinkan pula aku untuk berbicara padanya walau hanya sebentar, izinkan dia merasakan keberadaanku, izinkan aku dan dia bertemu.
Aku sudah tak sanggup melihatnya, kuputuskan untuk menjauh darinya. Kupergi menuju halaman belakang rumahnya, kupandangi langit yang cerah dan duduk di ayunan tempat dimana aku dan dia sering menghabiskan waktu bersama. Ingin rasanya aku berontak, namun apa daya, semua ini adalah takdir yang engkau berikan untukku dan dirinya. Aku hanya dapat pasrah meratapi nasibku dan orang-orang disekitarku.
Setelah kepergianku yang tragis itu, aku hanya dapat membuat orang-orang yang kusayangi menderita. Beribu tangis kulihat dari mereka, kedua orang tuaku, pacarku, sahabat-sahabatku, serta semua orang yang mengenalku. Ingin aku berteriak dan memberitahu mereka bahwa aku baik-baik saja tapi bagaimana caranya? Duniaku dan mereka telah berbeda.
***
Gadis itu bernama Laras, Larasati tepatnya. Ia seorang gadis berusia 20 tahun yang sedang kuliah semester 3 di salah satu Universitas di Jakarta. Menjalin hubungan dengan pacarnya yang bernama Indra Sinaga sejak mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Laras adalah gadis yang ceria, memiliki semangat yang tinggi, ia juga gadis yang madiri, tinggal jauh dari orang tua bukanlah masalah baginya.
Laras dan Indra ingin mengambil keputusan untuk terus menjalani hidup bersama, namun keduanya masih diberatkan dengan kewajiban mereka menuntut ilmu, lagipula keputusan itu membutuhkan pertimbangan yang matang. Hal itu sering mendatangkan pertengkaran diantara mereka berdua.
Indra… ia seorang cowok yang ingin hidup bebas. Bebas bergaul dengan siapapun, bebas melakukan apapun yang ia inginkan. Sedangkan laras, ia merasa bahwa sikap bebas yang diterapkan indra telah membuatnya lupa akan dirinya. Hal itu membuat mereka bertengkar hebat. Hingga akhirnya… peristiwa itu pun terjadi
“aku? Kok aku? Kamu! Kamu yang selalu nggak peduli sama aku, selalu ayik dengan dunia kamu sendiri” ucap laras
“kamu nya aja yang nggak ngerti! Kamu kira gampang tuk terus hidup dengan kamu” ucap indra
“kamu pikir aku bahagia hidup sama kamu? Hah! Kamu tuh mau menang sendiri tau nggak!” ucap laras
“ras… coba kamu lihat diri kamu sendiri ras! Ngaca! Ngaca!” ucap indra
Indra berlalu meninggalkan laras yang terus mengejarnya dari belakang. Indra memasuki mobil dengan wajah yang masih terlihat penuh amarah.
Kemudian, indra pun memundurkan mobilnya tanpa melihat keadaan dibelakangnya, dan… peristiwa itu pun terjadi, sebuah mobil dari arah berlawanan menabrak mobil yang sedang dikeluarkan indra dari perkarangan halamannya. Kecelakaan itu berhasil merenggut nyawa indra saat itu juga. Laras melihat langsung kejadian itu, ia berteriak sekencang-kencangnya, air mata itu terus mengalir. Keadaan mobil indra rusak parah, darah bercucuran dimana-mana, warga yang melihat kecelakaan itu telah berusaha membawa indra ke Rumah Sakit, namun apa daya, Indra meninggal dunia sebelum tiba di Rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis.
Sejak saat itu laras berubah, ia terus murung. Tak pernah mau makan, dan melakukan semua kegiatan yang seharusnya masih ia lakukan hingga sekarang. Semua orang terdekatnya selalu berusaha untuk membujuknya, namun ia tetap menolak, bahkan kedua orang tua indra pun tak berhasil membuatnya melepaskan indra. Baying-bayang pertengkaran itu terus menyelimuti fikirannya, tak pernah mau pergi.
***
Oh tuhan… beri ku kesempatan untuk menemuinya, setidaknya hanya untuk mengatakan bahwa aku baik-baik saja agar ia bisa hidup dengan tenang begitu juga aku. Aku mohon… masukkan aku dalam mimpinya… sekali saja.
Laras beranjak pergi, ia duduk di dapur sembari menegak sebuah minuman. Aku mencoba mendekatinya, aku pun duduk disebelahnya. Kuberanikan diri untuk memegang pipinya, dia merasakan itu, dia memegangi pipinya, oh tuhan… apakah ini pertanda bahwa kau mulai menyetujui niatku?
Laras kembali beranjak menuju ke tepi kolam renang, ia duduk sendiri di sana, sahabat-sahabatku dan sahabatnya sudah pulang, urusan kuliah tak mungkin mereka lewatkan. Sekarang, aku duduk di seberang kolam, memainkan air itu dan ada sebuah balon di sana, aku berhasil memegangnya setelah beberapa kali gagal. Kemudian, kupandangi lagi seseorang yang sangat berarti untukku itu. Ia membelakangiku, namun aku masih dapat mengingat jelas wajahnya.
Aku berjalan mendekatinya…
Aku butuh kamu ndra, sekarang…
Kalimat itu kembali kudengar dari bibir manisnya, ketika aku kembali duduk disampingnya. Ia segera beranjak saat itu juga, aku hanya dapat memperhatikannya yang perlahan menghilang di balik pintu.
Ku berjalan mengikuti arah kemana ia pergi, kali ini ia merebahkan tubuhnya si sofa. Tangis itu masih terlihat, aku tak tahan melihatnya terus begitu. Aku menggantikan posisi bantal yang ia gunakan menjadi pahaku, kini kepalanya berada tepat di atas pahaku. Dan sekarang… aku dapat melihat jelas kesedihan itu.
Tuhan… izinkan aku kembali sebentar saja
***
Satu tahun telah berlalu, aku masih belum dapat menerima kepergianmu ndra, entah sampai kapan aku akan terus begini? Semangat memang terus berdatangan dari sahabatku dan sahabatmu, tapi entah… aku masih belum bisa menerima kepergianmu. Sejujurnya, aku tak tega melihat sahabatku beruraian air mata saat membujukku untuk makan, memulai semuanya dari awal, tanpa kehadiranmu disisiku. Berat… berat untukku menerima semua ini.
Andai kau masih disini… aku pasti akan mencoba untuk mengerti dirimu, menerima dirimu apa adanya, menerima semua hal yang ingin kau lakukan. Andai aku masih bisa dipertemukan denganmu, mungkin aku akan sedikit lebih tenang, atau mungkin aku bisa kambali menjadi diriku yang dulu, seperti yang sahabatku dan sahabatmu inginkan. Indra… aku merindukanmu.
Gadis itu memejamkan matanya, terlelap dalam mimpinya. Tiba-tiba, sebuah cahaya terang menyeruak masuk kedalam mimpinya, diujung cahaya itu berdiri seseorang yang baru saja ia bicarakan.
“indra…” ucap gadis itu tersenyum
“ras… akhirnya, tuhan memberikan kesempatan itu untukku dan untukmu, mungkin waktuku tak banyak, yang aku ingin sampaikan hanyalah, berhentilah menghukum dirimu seperti itu, lihat dirimu… mana laras yang dulu aku kenal? Aku sama sekali tak melihat itu sekarang. Ras… kembalilah menjalani hidupmu, jangan fikirkan aku, aku baik-baik saja. Hidupmu masih panjang ras, manfaatkan itu, bukankah kau ingin menggapai cita-citamu dulu? Lupakan pertengkaran itu, aku sudah tak mau mengingat hal itu, aku harap kau pun mau melupakannya. Ras… aku sayang kamu, meski raga tak lagi bersama tapi yakinlah, aku selalu ada dihatimu, aku selalu ada didekatmu, kapanpun kamu mau, aku ada untukmu ras. Aku mohon, bangkit dan jalani hidupmu seperti seharusnya. Itu permintaan terakhirku untukmu, aku harap kamu mau menjalani semua permintaanku itu agar aku bisa jauh lebih tenang” ucap indra
Gadis itu berlari menghambur ke dalam pelukan indra. Indra pun memeluknya erat, membelai rambut gadis itu lembut, seperti permintaan-permintaan sebelumnya yang indra lontarkan. Kini, ia dapat memeluk sang kekasih, membawanya dalam dekapan hangat tubuhnya dan ia dapat menghapus setiap air mata yang mengalir dari mata kekasihnya itu, mungkin ia juga telah berhasil membuang luka perih yang ia lukiskan didalam hati kekasihnya itu.
“berjanjilah padaku untuk menepati permintaan terakhirku itu ras” ucap indra
Gadis itu mengangguk dan mulai tersenyum
“aku pamit ya, jaga diri kamu… jangan pernah menangisi kepergianku lagi, aku ingin tenang tanpa bayang-bayang tangisanmu itu, aku ingin melihatmu tersenyum seperti ini selalu, selamanya” ucap indra
“aku janji, tapi… kalau aku merindukanmu, boleh kan air mata itu tetap ada” ucap laras
Indra hanya tersenyum, dikecupnya kening pacarnya itu dan perlahan berjalan pergi memasuki cahaya yang telah membawanya kepada kekasihnya itu, pegangan tangan itu masih belum lepas sampai akhirnya indra pun menghilang di balik cahaya terang itu.
Gadis itu kembali mengeluarkan air mata nya, namun kali ini adalah air mata kebahagiaan karena keinginannya untuk bertemu sang kekasih telah terwujud. Ia bertekad dalam dirinya untuk menepati janjinya pada kekasihnya itu. Sebuah senyuman itu perlahan muncul darinya. ia kembali dalam tidurnya.
***
Oh tuhan… terima kasih engkau telah memberikanku kesempatan untuk bertemu dengannya, dapat memeluk dan menghapur air matanya. Kini hatiku lega, mungkin aku akan jauh lebih tenang setelah ini. Laras telah berjanji untuk menepati permintaan terakhirku. Aku rasa, ia akan kembali menjadi dirinya setelah ini. Amin… itu yang aku harapkan.
Aku yakin, laras dapat menghapus air mata kedua orang tuaku, sahabat-sahabatku dan semua orang yang kusayangi setelah pertemuan itu. Aku harap benar adanya.
Selamat tinggal laras, aku menyayangimu…
***
Hati-hari setelah pertemuan singkat itu telah berlalu, meninggalkan amanah yang harus dijalankan. Gadis itu telah berjanji, dan ia sudah bertekat untuk menepati janji itu, demi kekasihnya, dirinya sendiri dan orang-orang yang menyayanginya.
Gadis itu mulai bangkit, selera makannya sudah mulai ada, berat badannya pun telah berangsur-angsur normal. Awalnya para sahabat tak mempercayai perubahan sikap gadis itu yang cukup drastis. Gadis itu memang tak mau membuka suara perihal pertemuannya dengan sang kekasih. Biarlah itu mereka berdua yang tau.
Saat itu, sahabat-sahabat gadis itu sedang berada di rumahnya. Hampir setiap hari mereka mengunjungi gadis itu, tepatnya sejak kepergian Indra yang sangat membuat gadis itu terluka berat dan sudah seperti orang linglung yang tak tau harus berbuat apa selain melamun dan terus melamun, meratapi kepergian kekasih yang sangat amat ia cintai. Gadis itu pun membuka suara, memecahkan keheningan yang tengah terjadi disana.
“guys, sorry yah aku udah bikin kalian khawatir, kepergian indra memang begitu berat, tapi sekarang… aku udah mencoba untuk mengikhlaskan indra, seperti kata kalian, supaya dia juga bisa tenang di sana, masalah pertengkaran itu aku akan coba untuk melupakannya, sekarang bantu aku untuk kembali 100% menjadi diriku yang dulu yah… meski udah nggak ada indra lagi” ucap laras
“alhamdulillah ras, akhirnya loe mau bangkit juga, gue seneng banget dengernya” ucap nada
“iya ras, kita seneng banget ngeliat perubahan loe ini, kita pasti bantu kok” ucap dennis
“by the way, NisMeFaMa gue boleh minta tolong nggak?” ucap laras
NisMeFaMa, itu adalah genk persahabatan yang sebenarnya bernama GaNisMeFaMa. GaNisMeFaMa merupakan singkatan dari anggota genk tersebut. Indra, biasa dipanggil Naga disingkat menjadi Ga, Dennis disingkat menjadi Nis, Amec disingkat menjadi Me, Fare disingkat menjadi Fa, dan yang terakhir Dharma disingkat menjadi Ma, dan jadilah GaNisMeFaMa. Namun sayangnya singkatan Ga telah tiada.
“apa ras, sebisa mungkin kita bantui kok” ucap amec
“anterin gue ke rumah ortu nya indra yah, sekalian habis itu kita ke makam” ucap laras
“wah itu mah gampil” ucap fare
“gampang fare” ucap dharma
“ye… terserah gue donk” ucap fare
“hahaha” semua yang ada disana pun tertawa melihat pertengkaran kecil antara dharma dan fare. Gadis bernama laras itu pun ikut tertawa setelah sekian lama ini hanya berada dalam keterpurukannya. Hal itu membuat sahabat-sahabatnya lega.
Hari itu juga mereka semua berangkat menemui orang tua dari naga atau indra. Disana, laras berniat untuk bercerita tentang pertemuannya dan indra kepada kedua orang tuanya.
“bunda… beberapa hari yang lalu, indra datang menemuiku, aku sempat memeluknya meski hanya sebentar” ucap laras pada ibunda naga
Bunda terlihat kaget dan tak percaya
“maksud nak laras apa?” Tanya bunda
“laras, kami tau kepergian naga begitu berat untuk kamu terima, tapi jangan sampai semua itu bikin kamu kayak gini sayang” ucap ayah
Laras tersenyum, ia mengerti maksud pernyataan ayah
“ayah, bunda, laras tau… kemarin-kemarin laras udah seperti orang stress karena kehilangan indra, seseorang yang selama ini mengisi hari-hari laras, tapi saat ini apa yang laras bilang itu benar, laras nggak main-main” ucap laras
Ayah dan bunda saling bertatapan, laras kembali tersenyum
“laras bertemu indra di dalam mimpi bunda, ayah. Indra datang menemuiku untuk mengatakan ia baik-baik saja, ia juga memintaku untuk tidak menyalahkan diriku sendiri seperti kemarin-kemarin aku lakukan, ia memintaku untuk melupakan semua kenangan pahit yang terjadi sebelum kepergiannya, dan ia juga memintaku untuk tidak bersedih, dan aku yakin itu juga ditujukan untuk orang-orang yang dia sayang” laras mengambil nafas, kemudian melanjutkan pembicaraannya “indra nggak ingin kita terus berada dalam kesedihan” ucapnya yang tanpa disadari air matanya telah mengalir dengan derasnya
Kedua orang tua indra pun begitu, mereka tak dapat menahan tangis ketika mendengar ucapan laras. Bunda pun langsung memeluk calon mantunya itu (apakah masih bisa?). Mereka semua pun menangis, entah berapa lama…
Sementara di luar, sahabat-sahabatnya tengah memandangi foto-foto yang tertinggal dan masih tersusun rapi di ruang tengah. Foto seseorang yang selama ini berada dan selalu bersama dalam semua keadaan, baik itu susah maupun senang. Di foto itu ia tersenyum manis, manis sekali, di samping kiri-kanan nya terdapat kedua orang tuanya yang sedang mendaratkan sebuah ciuman di pipinya, ciuman yang menandakan begitu hangatnya keluarga itu. Diantara foto itu, mereka juga melihat foto dimana ada mereka di sana, foto GaNisMeFaMa lengkap, tanpa terkecuali. Mereka tersenyum, tertawa, menangis, bersedih bersama, semuanya ada di bingkai foto yang cukup besar yang dapat menampung semua foto kenangan mereka semasa SMA hingga kuliah.
Seketika, air mata pun muncul dari pelupuk mata mereka, kenangan itu begitu indah, mereka tak pernah membayangkan sebelumnya bahwa mereka akan kehilangan salah seorang bagian dari mereka. Seiring dengan tatapan yang masih terus tertuju pada foto-foto kenangan yang di pajang dengan rapi oleh indra itu, mereka pun berpelukan. Namun kemudian mereka sadar, tak seharusnya mereka menangis, karena itu akan membuat indra resah jika ia melihat mereka yang sedang terpuruk menangisi kepergiannya dan mereka tak mau itu terjadi.
“selamat jalan ndra, kita disini selalu berdoa supaya loe tenang dan di terima di sana, loe nggak usah khawatirin kita, kita akan baik-baik aja, loe juga harus baik-baik ya di sana” ucap dennis
“ga, semua kenangan yang pernah kita lalui bersama, di mulai dari kerja sama saat ulangan, sampe usaha kecil-kecilan buat nambah uang jajan, semua itu nggak akan pernah gue lupain” ucap amec
“ga, meski gue di sini selalu bikin loe marah, tapi gue bangga karena bisa menjadi sahabat loe, loe kakak yang baik buat gue, saat gue berbuat salah, loe nggak segan-segan kasih gue nasehat bahkan kalau gue udah kelewatan, loe juga nggak segan-segan buat ngehukum gue dengan cara loe, yang bikin gue sadar dan nggak pernah ngulangin kesalahan gue lagi, gue berterima kasih banyak sama loe ga, karena secara nggak langsung loe udah merubah sikap gue yang berantakan ini menjadi orang yang lebih baik” ucap fare
“gue nggak tau harus bilang apa, yang jelas gue seneng banget karena loe udah mau jadi sahabat terbaik gue, gue Cuma berharap semua kebaikan loe ke kita-kita akan di balas oleh-Nya, loe teramat baik ga, thanks buat semua semangat support loe ke gue” ucap dharma
Keempat sahabat itu pun kembali berpelukan, membuat sahabat-sahabat laras pun ikut menangis.
“kalian berdelapan kenapa?” Tanya laras yang keluar dari kamar indra bersama kedua orang tua yang sudah dianggapnya seperti orang tua kandungnya sendiri
Kedelapan sahabatnya pun kaget dan langsung melepaskan pelukan mereka dan segera menyeka air mata yang jatuh membasahi pipi mereka.
“kita nggak apa-apa kok” ucap dennis sekenanya
“oh, kita ke makam yuk” ucap laras
“yuk” ucap semua
Saat itu juga, mereka berangkat menuju makam indra. Sebelum ke makam, laras bersama kedua orang tua indra, mampir ke toko bunga, membeli bunga untuk ditabur diatas makam dan membeli bunga untuk di taruh sebagi hadiah. Setelah itu mereka pun melanjutkan perjalanan menuju makam indra.
Setibanya di sana, laras terduduk di depan nisan indra, sesekali air matanya menetes namun terus ia terka menggunakan tangannya dan mencoba untuk tersenyum
“ndra, aku datang… aku datang bersama kedua orang tuamu, dan juga sahabat-sahabatmu. Gimana keadaanmu? Baik-baik aja kan, seperti yang kamu bilang ke aku? Aku harap begitu ndra. Indra, aku sayang kamu, meski aku tau kita nggak mungkin bisa bersama lagi, tapi aku masih boleh kan menyimpan kamu di dalam hatiku, bahkan menguncimu selamanya dihatiku, boleh kan?” air mata itu pun mengalir deras
“aku udah bertekad buat melepas kepergianmu, biar kamu tenang di sana, kamu tenang aja, aku pasti bisa kok, kan ada sahabat, orang tua kamu. Oh ya, aku juga nggak akan berhenti untuk menyayangi kedua orang tuamu sampai di sini saja, tapi sampai maut juga mengambil nyawaku dan kita kembali bertemu di sana” ucap laras
Semua yang mendengar itu pun ikut menangis, pertanyaan pun muncul dari benak mereka, mengapa pasangan ini harus terpisah?
Untuk beberapa waktu mereka terus menangis di depan makam indra, namun kemudian mereka kompak menghapus air matanya dan merubahnya menjadi sebuah senyuman. Senyuman terakhir yang mereka berikan sebelum meninggalkan makam indra.
***
Terima kasih laras, aku tau kamu bisa. Tangisan kalian menandakan betapa kalian sangat menyayangiku, aku tersanjung melihatnya. Terima kasih laras… bunga yang kau berikan itu, aku sangat menyukainya.
Laras… tentu boleh kau menyimpanku bahkan mengunciku dalam hatimu, karena aku pun sama, telah mengunci hatiku hanya untukmu seorang. Meski raga kita tak lagi bersama, namun hati kita masih sama bukan.
Teruntuk sahabatku, kalian semua juga adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki. Aku juga tak akan pernah melupakan semua kenangan yang pernah kita lalui bersama, baik itu saat susah sampai tertawa bersama. Semua kenangan itu sangat berharga untukku, karena kalian aku merasa lebih bermakna. Beribu kasih dan maaf untuk kalian.
Mungkin setelah ini aku akan pergi dengan tenang, melihat senyuman terakhir kalian membuat hatiku merasa tentram.
Selamat tinggal dunia, terima kasih karena semasa hidupku kalian selalu memberikanku kenangan yang indah yang tak akan pernah bisa aku lupakan.
Selamat tinggal laras… sekarang hatiku telah lega dan mungkin usahaku untuk Bernafas Tanpamu akan segera terwujud. Selamat tinggal semua…
END
Cerpen Karangan: Diah Dwihning
Ditulis Oleh : Unknown
Artikel
Bernafas Tanpamu
ini ditulis oleh
Unknown
pada hari
Rabu, 17 April 2013
. Terimakasih atas kunjungan Anda pada blog ini. Kritik dan saran tentang
Bernafas Tanpamu
dapat Anda sampaikan melalui kotak komentar dibawah ini.
Langganan:
Posting Komentar
(RSS)
ceritanya sedih tapi bagus :)
BalasHapus