Di sebuah sekolah dasar terdapat banyak siswa yang mempunyai banyak
bakat, salah satunya adalah B’tari Calista Febrianty yang sering disapa
dengan sebutan Calista ini anak kelas VI yang mempunyai banyak bakat,
seperti salah satunya adalah melukis ia juga selalu aktif dalam kegiatan
ekstrakulikuler dan Calista juga aktif di kelas.
Tetapi semua itu berakhir ketika Calista melemah karna menderita
tumor ganas. Semua teman-temannya rindu akan Calista yang dulu, sekarang
ia jarang berangkat ke sekolah, semua itu terjadi dengan tiba-tiba.
Di ruang kelas Calista yang semuanya terdiri dari perempuan ini
terlihat sangatlah sepi tanpa kehadiran Calista. “aku kasihan melihat
Calista yang sangatlah melemah, aku rindu akan semangatnya” ucap teman
sebangkunya bernama Dewi “gimana kalau nanti sepulang sekolah kita
kerumah Calista” saran Windy “aku setuju banget win, aku kangen banget
sama Calista, ia sudah hampir 2 minggu ini tak pernah berangkat sekolah”
jawab dinda. Seorang gurupun masuk ke kelas mereka “selamat pagi
anak-anak” sapanya “pagi miss” jawab para murid serempak “ibu perhatikan
Calista jarang berangkat minggu-minggu ini, mengapa?” tanya guru
tersebut “katanya keadaan Calista saat ini semakin parah miss, makanya
kita sepulang sekolah kita akan kerumah Calista untuk melihat keadaan
Calista miss” jawab windy “memangnya Calista sakit apa win? Kok sampai 2
minggu ini ga berangkat” “akupun tak tau, gimana kalau miss riri ikut
kita kerumahnya Calista agar tau keadaannya” saran windy “iya miss riri
akan ikut” jawab guru tersebut.
Jam pulang sekolahpun sudah tiba. Windy, dewi, dinda dan miss riri
segera pergi kerumah Calista. Setibanya di sana, “assalamu’alaikum” miss
riri mengetuk pintu rumah Calista dan seorang perempuan setengah baya
membukakan pintu “maaf anda siapa ya?” tanya ibu setengah baya itu “saya
riri bu, saya guru kelasnya Calista” jawab miss riri “oh mau bertemu
Calista” “iya bu” jawab miss riri menganggukkan kepala “ayo masuk” ajak
ibu itu. Merekapun masuk dan ibu itupun mempersilahkan kita duduk di
sofa “saya panggilkan dulu calistanya bu” “iya bu” ibu itupun pergi
memanggil calista yang sedang tertidur di kamarnya.
Sudah lama kemudian ibu itupun menghampiri kita kembali tanpa membawa
Calista. “loh bu, Calista mana?” tanya miss riri “maaf bu, calista
sedang tidur saya ga tega membangunkannya” “tidak apa-apa bu, trus
bagaimana sekarang keadaan calista bu?” “calista sekarang ini, hari-hari
ini semakin melemah bu semenjak ia menderita tumor di kepalanya” jawab
ibu itu dengan wajah memerah “sabar ya bu, memangnya apa kata dokter
bu?” tanya miss riri “saya belum membawanya ke dokter minggu ini bu,
karena biaya yang cukup mahal kita habiskan untuk sekali memeriksa
calista bu” ibu itu meneteskan air mata “apa tumor di kepala calista itu
tumor ganas bu?” “saya tak tau bu” “sabar ya bu. Kita pasti bantu kok”.
Setelah lama kita berdialog calistapun bangun “ibuuuuuuuuu” suara itu
yang kami dengar dari kamar calista “maaf bu, saya ke anak saya dulu”
ibu itupun menghampiri calista yang terbangun dari tidurnya. Miss
riripun ikut menghampiri calista. Ibu calista dan miss riri masuk ke
kamar calista “calista” sapa miss riri “miss” sapa calista kembali, miss
riri memegang tangan calista “calista sabar yaa” “iya miss” “ibu gimana
kalau kita bawa calista ke rumah sakit, saya kasihan bu melihat
calista” saran miss riri “tapi bu. Biaya dari mana, untuk makan saja
kita susah bu” “iya bu saya tahu, biaya sekarang biarkan dari saya bu,
saya sangat kasihan melihat calista seperti ini” “tapi bu, nanti kita
dapat uang dari mana untuk membayarnya ke ibu” “tenang bu. Saya iklas
membantu, jadi ibu ga usah membayarnya” “trimakasih buu”
Kami, calista dan ibunya pergi ke rumah sakit menaiki mobil miss
riri. “calista cepat sembuh yaa. Kita kangen banget semangat kamu cal”
kata dewi “iya cal. Kelas sepi tanpa kamu” lanjut dinda “makasih
teman-teman” jawab calista dengan suara pelan. Setalah lama
berbincang-bincang kamipun tertidur tetapi calista masih terbangun dan
terus menatap keluar jendela. Dan tiba-tiba ada yang terjatuh dikaki
dewi dan dewipun terbangun “windy, dinda bangun-bangun” dewi
membangunkan dinda dan aku (windy) kaget melihat calista terjatuh di
kaki dewi “calista?” katanya “dewi itu wi calista jatuh di kaki kamu wi”
lanjutku “hah calista” dewipun ikut kaget “ada apa anak-anak” tanya
miss riri, ibunya calista menoleh ke belakang dan melihat anaknya
terjatuh “calista?” “ibu tolong bu” kata dinda panik. Miss riripun
langsung menghentikan mobilnya dan langsung ke belakang “calista?” “ayo
angkat anak-anak” kata miss riri, kitapun mengangkatnya ke tempat
duduknya semula “ya allah calista?” ibu calistapun menangis melihat
anaknya sangat pucat “calista sadar cal” kataku membangunkan calista.
Miss riri segera kedepan dan melanjutkan perjalanan ke rumah sakit.
“calista bangun calista” kata-kata itu selalu terdengar di sepanjang
perjalanan semua yang ada kita semua panik dengan keadaan calista yang
belum tersadar selama ini ibu calista tak berhenti melinangkan air
matanya sedangkan ibu riri panik sambil kebut-kebutan di jalan.
Setibanya di rumah sakit. Miss riri berlari menggendong calista
memasuki rumah sakit kami mengikutinya di belakang. Tiba-tiba ada
seorang perawat yang membawa ranjang beroda itu menghampiri kami “ada
apa bu?” tanya seorang perawat perempuan “sus tolong suster anak saya
sus” jawab ibunya calista, miss riri membaringkan calista di ranjang itu
para perawat segera membawa calista ke ruang UGD dengan terburu-buru.
Sesampainya di pintu ruang UGD “percayakan pada kami” kata seorang
perawat dan menutup pintu tersebut. Kami semua panik akan keadaan
calista ibu calista dan miss riri banjir air mata. Setelah lama kita
menunggu kabar calista seorang dokterpun keluar dari pintu UGD “dok
bagaimana anak saya dok” tanya ibu calista panik “sabar ya bu sabar”
kata miss riri “bagaimana bu keadaannya?” lanjut miss riri pada dokter
“sekarang keadaan anak ibu sangatlah kritis dan kami minta anak ibu
segera kami lakukan operasi pengangkatan tumor karna tumor yang ada di
kepalanya sangatlah besar, tangisan ibu feby (ibunya calista) semakin
menjadi “baik dok, lakukan sekarang” jawab miss riri santai “bu dari
mana biaya operasi itu bu, jangan bu saya tidak akan bisa menggantinya”
kata ibu feby “bu selama saya masih mampu akan saya usahakan sampai
calista sembuh bu, walaupun dana yang saya harus keluarkan begitu banyak
saya iklas bu, karna calista itu anak yang baik bu” kata miss riri dan
ibu feby pun langsung memeluk erat miss riri “trimakasih banyak bu” kata
itu terucap ibu feby dengan penuh senyuman diwajahnya “sama-sama bu”
merekapun saling memisahkan pelukannya “bagaimana sekarang bu?” tanya
dokter tersebut “kami siap untuk operasa calista dok” jawab miss riri
“baiklah” dokter itupun kembali memasuki ruang UGD.
Tidak lama kemudian calista di bawa keruang inap untuk besok tim
dokter melakukan operasi pengangkatan tumor di kepalanya dan sudah
hampir malam ini calista belum tersadar juga. Kitapun bergegas pulang
untuk besok kembali bersekolah.
Keesokan hari kami berangkat kesekolah “kita sepulang sekolah ke
calista kan?” tanyaku “tentu saja win” jawab dinda & dewi bersamaan
“aku ga nyangka ternyata calista punya penyakit yang membahayakan
hidupnya dan selama ini ia terus semangat” kata dewi “aku juga ga
nyangka semua itu terjadi pada calista” jawab dinda.
Bell pulang sekolahpun sudah terdengar saatnya kita pergi ke rumah
sakit. Dan setibanya di sana ternyata calista sudah terbangun “calista
apa kabar” tanyaku sambil berjabat tangan “baik win” “semangat ya
calista, kamu pasti bisa habiskan penderitaan ini dan kitapun dapat
bersenang-senang kembali” kata dewi “makasih wi” “teman-teman doakan aku
yaa semoga operasi ini berjalan lancar” lanjut calista “kita akan
selalu doakan kamu yang terbaik cal” jawab dinda “makasih din”.
Tiba-tiba calista mengambil selembar kertas di meja dan menggambar
sesuatu di kertas tersebut “kamu menggambar apa cal?” tanya dinda “aku
menggambar kita semua yang sedang menunggu detik-detik operasi aku”
sebuah gambar yang sangat indahpun jadi “coba kalian lihat deh” kami
semua melihat gambar karya calista “bagus bukan?” lanjutnya “iya cal
bagus banget, kamu memang jago menggambar cal” jawabku “yang ini siapa
cal, kok dia cemberut?” tanya miss riri “itu dewi miss” “kok gambar aku
cemberut sih?” tanya dewi “abis dari tadi kamu cemberut aja” “haha iya
aku khawatir sama calista” “kenapa kamu khawatirkan aku?” “karena kamu
sahabat terbaik aku calista” dewipun memeluk calista “good luck ya
calista Allah good bless to you terus berdo’a ya cal” dewi mengatakan
itu hingga meneteskan air mata, calistapun menghapus air mata dewi “kita
pasti bisa seperti dulu lagi wi” kita semua terharu. “calista kok Cuma
dewi sendiri yang dibuatnya cemberut?” tanyaku “ya karna aku lihat cuma
dewi yang cemberut” “kalian coba lihat” lanjutnya “bagus banget calista
menggambarnya” kata miss riri “makasih miss, kalau aku udah sembuh nanti
boleh ya gambar ini calista pasang di mading?” “boleh kok sayang”.
Detik-detik operasipun sudah dekat “ibu akan selalu ada disampingku
kan bu?” tanya calista “iya cal, ibu slalu ada di dekat kamu” jawab
ibunya “berarti ibu akan ada disaat aku masuk ruang operasi?” “iya
calista ibu akan selalu ada apapun yang terjadi” jawab ibu feby
meneteskan air mata “calista ga takut kan?” tanyanya “ga bu. kan ada ibu
di samping calista”.
Jam demi jam kami lalui, menit demi menit kami lewati dan detik demi
detik kini menanti. Para perawat datang untuk membawa calista ke ruang
operasi.
Setibanya pintu ruang operasi “calista berani kan?” tanya ibunya “ibu
ikut calista ke dalam kan?” “iya sayang, ibu akan ikut kamu kedalam”
calista yang di bawa oleh para perawatpun memasuki ruang operasi dan
diikuti oleh ibu feby.
Tim dokter segera berbuat sesuatu pada calista sehingga calistapun
tidak sadarkan diri dan ibu feby segera keluar dari ruang tersebut karna
selama operasi berlangsung hanya tim dokter dan perawat yang ada di
dalam.
Kami di luar hanyalah dapat membantu dengan do’a agar calista dapat
kembali seperti dulu. Dewi menangis terseda-seda sambil membawa kertas
yang bergambarkan sedangkan miss riri dan ibu feby menangis tiada henti
sedari tadi, aku dan dindapun ikut sedih.
Setelah lama kemudian seorang perawat datang menghampiri kami “gimana
operasinya sus” tanya miss riri “alhamdulillah operasi berjalan dengan
lancar” mendengar kata-kata itu kami semua tersenyum bahagia
“alhamdulillah trimakasih ya Allah” kata ibu feby
Calista yang belum tersadar di bawa keruang ICU untuk menjalani masa
koma nya “anak ibu akan terbangun 2 sampai 3 jam lagi” kata dokter yang
ikut melakukan operasi pengangkatan tumor dikepala calista “trimakasih
dok” kata ibu feby “sama-sama, permisi bu” dokter itupun keluar dari
ruangan calista dirawat.
Sudah 6 jam kami menunggu calista terbangun tetapi calista tidak
terbangun juga hingga melebihi jam yang diperkirakan “kanapa calista
tidak bangun juga bu” tanya ibu feby pada miss riri “sabar bu” seorang
dokter masuk diikuti oleh 2 orang perawat “kok bisa sudah 6 jam belum
sadar juga, biasanya 2 jam atau 3 jam sudah sadar?” “coba sus ada apa?”
“maaf dek silahkan keluar dulu” kata salah satu perawat. Kamipun keluar
dan para perawat itupun mencoba mencari apa yang terjadi pada calista
sampai jam segini belum sadar juga.
Malam sudah tiba, kitapun pulang ke rumah masing-masing untuk besok kembali ke rumah sakit menengok keadaan calista.
Keesokan harinya kami kembali ke rumah sakit tersebut tatapi calista
belum sadarkan diri juga. Dan hingga 1 minggu berlalu calista masih
belum sadarkan diri. “calista bangun cal” kata-kata itu sering kami
ucapkan jika kita berkunjung untuk mengnengok calista dan tetesan air
matapun mengalir setiap kita menjenguk calista.
2 minggu sudah calista koma, dan tentu banyak biaya yang mereka
keluarkan untuk kesembuhan calista. Kamipun meminta izin sekolah untuk
membuat bakti sosial untuk calista yang isinya acara pensi, pertunjukan
ekstrakulikuler dan menjual barang bekas yang masih layak pakai yang
uangnya akan kita pakai untuk sumbangan biaya rumah sakit calista.
Acara itu berlangsung dengan sangat sukses dan banyak sumbangan yang
kita kumpulkan untuk biaya rumah sakit calista. “trimakasih teman-teman
sudah iklas menyumbangkan uang kalian untuk teman kia B’tari Calista
Febrianty yang sedang menjalani masa coma nya di rumah sakit, kita mohon
kalian semua juga membantu do’a untuk calista agar ia dapat kembali
berkumpul di sini bersama kita” pidato dinda saat acara pembukaan
Setelah acara itu berlangsung kami mengadakan do’a bersama. Di acara
tersebut semua guru dan semua orang yang kenal dengan calista meneteskan
air mata, sungguh sudah banyak yang calista beri untuk kami dan untuk
sekolah. Calista memang orang yang sangat aktif tetapi karna semua ini
sekolah tak ada yang di banggakan kembali.
Keesokan harinya kami kembali ke rumah sakit untuk memberi uang
sumbangan dari anak-anak dan dari sekolah “bu, ini ada uang sumbangan
dari anak-anak dan dari sekolah, semoga bermanfaat ya bu” kata dinda
memberikan uang tersebut “trimakasih dek” ibu feby kembali meneteskan
air mata.
3 minggu kita jalani hidup tanda calista yang selalu membuat kami semangat dan calista 3 minggu menjalani masa comanya.
Dihari ke-24 ia menjalani masa koma. Ia pun tersadar “calista sayang”
kata ibu feby “ibu?” kata yang calista beri untuk ibunya “calista
akhirnya kamu sadar juga cal” kataku memberi senyuman dan calistapun
membalas senyuman kami. Calista ingin berbicara tetapi ia masih sangat
lemas sehingga masih susah untuk berbicara “ibu ga dengar kata kamu cal,
coba kamu ulang pelan-pelan ya calista” dewi memberikan selembar kertas
yang dibaliknya ada gambar yang calista gambar saat detik-detik
operasinya. Miss riri memegangkan kertasnya dan calista memulai menulis
sedikit-demi sedikit. Huruf awal yang ia tulis adalah M dan selanjtunya A
A dan F “maaf” kami semua setelah membacanya meneteskan air mata
calistapun tertidur kembali “calistaaaaaaaaaaaaaa” jerit ibu feby
“dokter-dokter toloooongg” teriak miss riri.
Seorang dokter dan 3 orang perawat mendatanginya, dokter dan ke-3
asistennya mencoba mencari denyut nadi dan detak jantung calista dan
tidak lama kemudian dokter mencabut semua selang-selang yang menempel
dan manutupi calista dengan kain putih.
“calisssstaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” jeritan histeris dari ibu feby, kami
semua menghampiri calista dan memeluk calista mungkin untuk yang
keterakhir kalinya.
Deraian air mata berjatuhan dari mata kita. Calista
pergi untuk selamanya.
Seorang yang sangat beharga bagi kami telah pergi kembali kepadanya
dan menempati tempat terindah di atas sana. Selamat tinggal kawan kami
akan selalu mengenang semua dari kamu dan akan kami jadikan pelajaran
apa yang telah engkau beri pada kami sahabatmu. Semoga kamu di terima
olehnya semoga kamu bahagian di sana karna perbuatan yang baik telah
engkau beri pada kami semua.
Selembar kertas kesedihan ini sangatlah berarti bagi kami untuk
belajar semangat sperti kamu sobat. Dan sekarang kertas itu terpampang
di musium seni sekolah bersama lukisan-lukisan mu yang lain tetapi
lukisan yang kau buat saat detik-detik operasi kamu itu lukisan paling
beharga karena semua semangatmu dan harapanmu untuk hidup semua tertuang
dilukisanmu itu.
Selembar kertas kesedihan itu kini telah berakhir menjadi selembar kertas kehidupan. selamat jalan kawan
Saat musim kelulusan tiba kita teringat pada semangat seorang sahabat
yaitu B’tari calista Febrianty yang semangatnya tak ujung putus hingga
kami lulus dengan lulusan terbaik tahun ini karna kita mencoba belajar
dari semangat seorang sahabat.
Cerpen Karangan: Firda E. Ramadhanty
ENTRI POPULER
-
Puting susu adalah bagian paling sensitif pada payudara perempuan yang tidak boleh disentuh oleh laki-laki manapun kecuali suami sen...
-
Anda telah menjalin hubungan dengan seorang pria yang spesial. Namun Anda masih ragu apakah dirinya ingin menjalani hubungan yang lebi...
-
POLISI Polisi : Gimana kejadiannya, kamu menabrak 50 orang dalam suatu kecelakaan mobil!? Jony : waktu ngendarain mobil, ke...
-
Tanda-Tanda Seorang Cowok Suka Sama Cewek (Naksir) Bagi taman teman cewek mungkin masih bingung membedakan cowok yang suka atau naksir ...
-
Dua manusia yang merasa saling berjodoh pasti memiliki ikatan emosional, spiritual dan fisik antara keduanya. Hanya dengan menatap ma...
-
Jancok, jancuk atau dancok adalah sebuah kata khas Surabaya yang telah banyak tersebar hingga meluas ke daerah kulonan (Jawa Timur seb...
-
Artikel ini memberikan informasi untuk dapat memasuki pikiran cewek itu dan lebih dekat dengannya. Ingat dasar keberanian adalah modal ya...
-
Pernikahan merupakan suatu jalan untuk memulai suatu babak babak baru dalam kehidupan seseorang. Bagi seorang wanita, menikah merupakan tem...
-
Tanaman binahong banyak dijumpai disekitar kita dan bisa dijadikan sebagai tanaman obat yang mempunyai khasiat untuk menyembuhkan berbagai...
-
Arti Mimpi Seks Makna Mimpi Seksual Anda - Mimpi tidak hanya sekedar buah tidur. Mimpi bisa menjadi petunjuk yang menandakan kondisi s...
Home
»
Cerpen
»
Selembar Kertas Kesedihan
Selembar Kertas Kesedihan
Ditulis Oleh : Unknown
Artikel
Selembar Kertas Kesedihan
ini ditulis oleh
Unknown
pada hari
Minggu, 28 April 2013
. Terimakasih atas kunjungan Anda pada blog ini. Kritik dan saran tentang
Selembar Kertas Kesedihan
dapat Anda sampaikan melalui kotak komentar dibawah ini.
Langganan:
Posting Komentar
(RSS)
hmm dari judul nya aja udah sedih bangett isinya lebih sedih ya hehehe
BalasHapusObat Penyakit Spilis Raja Singa ? Segera Hubungi Kami Dan Pesan Obatnya Sekarang Juga di Fast Respond : 087705015423 PIN : 207C6F18.
BalasHapus