Cerpen : Galuh Sita
Setiap malam aku selalu melihat jauh keatas, ketempat yang
tidak kutahu batasannya. Aku memandangi bintang-bintang kecil yang
bertaburan diangkasa. Sembari berharap bahwa mala mini dia akan muncul
di hadapanku. Meski akhirnya aku tahu harapanku akan tetap jadi harapan
yang sia-sia disetiap malam begitupun malam ini.
“bintang.. kamu tahu kan perasaan aku? Tapi kenapa kamu diem aja? Dia dimana? Dia dating kan malam ini?”
Aku masih ingat betul bagaimana dia dating dan mengucapkan
janjinya beberapa tahun silam. Dia memintaku untuk tetap mencintainya,
apapun yang akan terjadi. Aku ingat, aku dan dia sama-sama sangat
menyukai indah kemerlip bintang. Hingga dia mampu berjanji bahwa suatu
saat nanti dia akan dating dan menyinariku disaat bintang-bintang tak
lagi ada yang bersinar.
“bintangnya cantik ya? Sama kaya kamu. Cantik! ….. kamu tahu?
Aku selalu ingin jadi bintang yang bersinar disetiap malam kamu.”
Kenangku.
Aku selalu menangis. Bukan menangisi janjinya yang tak
kunjung menjadi nyata. Air mataku selalu terurai bersama kerinduan yang
menjelma dalam hatiku. Kerinduan yang selalu mengundang amarah orang
tuaku.
“kamu itu mau sampai kapan terus menreus berkhayal seperti itu
to nduk.” Ibu selalu menganggap semua ini hanyalah khayalan belaka.
Memang, jika saja logikaku lebih bisa berjalan dengan
semestinya, apa yang ibu bilang memang lebih benar. Tapi pada
kenyataannya logikaku selalu membuncah terkalahkan rasa yang terus
menggelayuti batinku. Batin yang berjanji untuk selalu menanti….
Februari 2008
Sadarkah aku saat malam berhenti menyapa.
Saat bulan tak lagi memberiku sinar.
Tak pernah aku tahu tentang itu.
Tak pernah aku perduli tentang itu.
Tapi…
Adakah yang mengerti sakitku ini.
Menahan sayatan tajam didalam hati.
Hanya kau jawabnya!!!!!
Kau yang mampu bangkitkanku dari sini.
Aku bangkit bersama cintamu.
Bersama jajaran kasih tulusmu.
Hingga kusandarkan jiwaku disini.
Sampai kapanpun tetap akan disini.
….. untukmu….
-jiwa fatamorgana-
* * * * *
Aku terhenyak. Begitu lama aku meninggalkan duniaku, dunia yang
ada bersama diriku sendiri. Aku tahu bahwa sebuah kebodohan itu
sebenarnya adalah keinginanku sendiri. Keinginan yang perlahan-lahan tak
lagi aku mengerti.
Aku mungkin sudah terlampau jauh melangkah. Terlampau banyak
pula kisah yang aku tinggalkan. Tapi tetap tidak untuk satu kisah dan
satu nama. Nama yang telah membuatku selalu mengaguminya, mencintai
keindahan dalam raganya, meski aku tahu hatiku selalu ingin membatasi
rasa cinta itu.
“aku kangen sama kamu..” air mataku meleleh lagi.
Kubuka lembar demi lembar album besar yang menyimpan
serpihan-serpihan kenangan yang pernah terajut bertahun lalu. Kusentuh
lembut gambar wajahnya. Senyum menawan yang kini hanya tinggal garis
lengkung dalam gambar semata.
“kamu kenapa sih menghilang? Memangnya nggak kangen ya sama
aku.” Air mataku semakin deras membasahi pipi. Menahan perih yang
kembali menyayat.
Oktober 2011
Kututurkan segenap ilusi ini.
Mengeja segala daya yang tak nyata.
Aku membingkai titik-titik kecil.
Yang bagimu sungguh tak berarti apa-apa.
Kuulas senyum disudut bibirku.
Membiarkanmu menyangka aku bahagia.
Meski dibalik cadar tawa ini aku menangis pilu.
Namun tertahan kemunafikan.
Ingin aku bercerita pada rinai yang turun.
Betapa kalut jiwa yang hampa ini sendiri.
Ingin aku bertutur pada rinai yang berderai.
Menutupi buli-bulir dari sudut mata yang sayu.
Dan….
Aku masih membisu…
Terdiam, kelu..
Disini, dibawah guyuran air mataku.
-jiwa fatamorgana-
Aku mengangkat daguku. Menahan buliran-buliran yang siap
meluncur dari pelupuk mataku. Meraih ransel mungil dari atas meja rias.
Sejenak aku kembali menatap kearah bingkai manis yang membalut wajah
tampannya.
“aku akan melangkah sayang… tapi bukan untuk meninggalkanmu.” Aku tersenyum dan berlalu.
Kucium tangan bunda dan ayah. Meminta doa dan restu agar perjalananku diberi keselamatan.
“bunda yakin kamu bisa bangkit sayang.. dan ini waktunya.
Fokuslah ke kuliahmu agar kamu bisa benar-benar bangkit.” Bunda
mendaratkan kecupan manis di dahiku.
“Rian pasti senang melihat kamu kembali menjadi sita yang
dahulu. Sita yang tegar, sita yang selalu cantik dengan senyum
ceria..”ayah menambahi.
“iya bund, yah.. maaf ya selama ini sita terlalu larut dalam
kesedihan sita. Sita cumin belum siap. Tapi, sekarang sita udah rela
kok. Rian pasti bahagia disana.” Aku berlalu meninggalkan bunda dan
ayah. Mengulas senyum demi hari yang lebih indah, tanpa air mata.
Desember 2011
Dan…
Biarlah kusimpan perasaan ini.
Menutup hatiku pada cinta yang lain.
Bila akhirnya kutemukan cinta sepertimu.
Mungkin ku bisa lanjutkan hidupku.
(cappuccino.biar kusimpan)
“tujuh tahun sudah kau pergi, rian. Selama itu pula aku
terpenjara dalam bayang-bayang kasih dan cintamu yang abadi. Kini
saatnya aku terbangun , Rian. Membingkai kebahagiaan untuk hidupku.
Meski aku akan tetap selalu merindumu hingga saat nanti ragaku ini tak
mampu lagi menanti.”
Aku menghela nafas panjang…..
(Memoriam of Rian Candra)
ENTRI POPULER
-
Puting susu adalah bagian paling sensitif pada payudara perempuan yang tidak boleh disentuh oleh laki-laki manapun kecuali suami sen...
-
Anda telah menjalin hubungan dengan seorang pria yang spesial. Namun Anda masih ragu apakah dirinya ingin menjalani hubungan yang lebi...
-
POLISI Polisi : Gimana kejadiannya, kamu menabrak 50 orang dalam suatu kecelakaan mobil!? Jony : waktu ngendarain mobil, ke...
-
Tanda-Tanda Seorang Cowok Suka Sama Cewek (Naksir) Bagi taman teman cewek mungkin masih bingung membedakan cowok yang suka atau naksir ...
-
Dua manusia yang merasa saling berjodoh pasti memiliki ikatan emosional, spiritual dan fisik antara keduanya. Hanya dengan menatap ma...
-
Jancok, jancuk atau dancok adalah sebuah kata khas Surabaya yang telah banyak tersebar hingga meluas ke daerah kulonan (Jawa Timur seb...
-
Artikel ini memberikan informasi untuk dapat memasuki pikiran cewek itu dan lebih dekat dengannya. Ingat dasar keberanian adalah modal ya...
-
Pernikahan merupakan suatu jalan untuk memulai suatu babak babak baru dalam kehidupan seseorang. Bagi seorang wanita, menikah merupakan tem...
-
Tanaman binahong banyak dijumpai disekitar kita dan bisa dijadikan sebagai tanaman obat yang mempunyai khasiat untuk menyembuhkan berbagai...
-
Arti Mimpi Seks Makna Mimpi Seksual Anda - Mimpi tidak hanya sekedar buah tidur. Mimpi bisa menjadi petunjuk yang menandakan kondisi s...
Home
»
Cerpen
»
Hingga Aku Lelah Menanti
Hingga Aku Lelah Menanti
Ditulis Oleh : Unknown
Artikel
Hingga Aku Lelah Menanti
ini ditulis oleh
Unknown
pada hari
Kamis, 10 Januari 2013
. Terimakasih atas kunjungan Anda pada blog ini. Kritik dan saran tentang
Hingga Aku Lelah Menanti
dapat Anda sampaikan melalui kotak komentar dibawah ini.
Langganan:
Posting Komentar
(RSS)
menanti itu emang sangat melelahkan :)
BalasHapuscerita nya bagus :)